Aku memeluknya. Memijat-mijat bahunya. Ia mulai sesenggukan. "Hmm. Nangislah. Udah lama kamu tak menangis. Menangislah." Bisikku pelan. Aku sekarang menepuk pundaknya. Lembut.
Bahunya naik turun. Khas orang sesenggukan. "Nasibku dan Pram sama Yun. Kami sama-sama ditipu pasangan. Bang Armen menipuku, Yun. Tega benar. Ia--- ia juga bawa kabur uangku, Yun. Â 500 juta. Padahal itu modal terakhir kami. Hu---- hu --- hu, " raungnya keras.
"Sekarang abangmu di mana, Prim?" Tanyaku pelan dan hiba.
"Yun, ia juga menggadaikan sertifikat rumah dan mobil kami. Semua sudah habis. Rumah ia gadai ke bank 700 juta, mobil juga. Kami miskin sekarang. Padahal anak-anak lagi butuh rumah, ayah, dan gizi." Ia menghapus ingusnya yang membola.
"Udah, semua pasti diganti Allah. Sabar ya." Rayuku sok dewasa. Padahal aku sendiri bingung. Aku saja baru tahun pertama kuliah. Duh bingung juga.
"Yun, kamu harus kuliah dengan baik. Jangan sepertiku dan Pram cuman lulus SD. Menikah muda, dan miskin."
Nah, kan pasti aku bingung buat nanggapinya. Aku belum faham soal hidup berumah tangga. Apalagi punya anak dan hidup miskin. Mak dan Ayah selalu kompak. Tak pernah bertengkar. Mereka akur, makan bersama, duduk di teras, Â dan kompak menghitung uang panen.
Nasib rumah tangga Prima Saudara kembar Pram, memang sudah diprediksi Ayahku dulu. Katanya takkan bertahan lama. Armen suami Prima anak teman Ayahku, suka berjudi, dan minum tuak.Â
Tahukah kamu tuak? Tuak adalah sejenis minuman beralkohol khas Indonesia. Terbuat dari air niru atau nira aren. Umumnya, minuman ini dikonsumsi laki-laki masyarakat Batak di Sumatera Utara saat perayaan dan acara-acara khusus. Juga dijual di kedai tertentu di kampungku.
Bang Armen salah satu kakak kelas Prima di sekolahnya. Mereka kawin lari dan menikah dini. Lari dari sekolah ke Lampung. Di Lampung ada Uwak bang Armen. Di sanalah mereka menikah di rumah Uwaknya. (Kakak Ayah)
" Sifat suka mabuk dan berjudi itu penyakit." Kata Ayah. "Suatu hari suntuk, maka akan kambuh lagi." Lanjut Ayah, ketika menasihati Prima dahulu. Ayah menasihati keponakannya itu di dekat Bou Umak Pram, aku, dan Pram.