Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Sikap Kita Kepada Tetangga?

17 Januari 2023   21:04 Diperbarui: 18 Januari 2023   11:21 1468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetangga sangatlah penting buat kita. Apapun yang kita butuhkan dan apa saja kejadian yang menimpa kita, tetanggalah yang pertama akan tahu.

Mereka tanpa pamrih menolong kita. Meski kita membangunkan mereka di tengah malam buta. Mereka akan bangun dan dengan ramah menolong kita. Sambil bertanya, " Ada apa Uni?" (Uni: kakak) "Ada apa Bu Yus?"

Demikianlah keramahan tetangga. Sedang orang tua, mertua, saudara, dan family jauh di kampung sana dengan jarak tempuh 4-5 jam perjalanan.

Anda sopan kami pun segan. Anda jual saya beli. Budi baik dikenang jua. Kira-kira itulah sebagian dari petuah orang tua-tua agar kita bisa berinteraksi dengan tepat guna di lingkungan bertetangga.

Jika kita sopan, tetanggapun sopan. Bila kita memberi tetangga pun balas memberi. Budi baik mereka dan budi baik kita pun akan tetap mereka dan kita kenang. Duh, nikmatnya hidup bertetangga.

Saya masih ingat tetangga di depan rumah saya pingsan. Tiba-tiba putri beliau menjerit datang ke rumah. "Ante! Ante! Tolong mama Putri Ante. Mama pingsan." Tangisnya.

Duh,  sayapun turut menangis. Benar saja mamanya pingsan di samping rumah. Anak-anak sudah menangis. Sayapun dan suami beliau mengangkat uni itu ke kamar. Saking sibuk memeluk dan mendiamkan anak-anak saya tak tahu apa yang dilakukan si suami kepada istrinya yang pingsan.

Ternyata si uni sudah sadar. Matanya sayu dan wajahnya pucat. " Makasi Yus," katanya berusaha tersenyum.

Demikian juga ketika Ibu saya sakit, tetangga meminjamkan mobilnya untuk membawa Ibu ke rumah sakit. Waktu itu suami saya sedang dinas luar sehingga tak bisa membawa mertuanya ke rumah sakit. Mereka menunggui di lobi rumah sakit hingga masuk ruang rawat inap.

Begitu juga tiap awal bulan, kami dan tetangga berkumpul untuk arisan. Menvunjungi yang sakit, melahirkan atau kemalangan. Kompak sekali. Di arisan ini kita saling tukar pikiran. Tak ada gunjing-gunjingan.

Apakah semua anggota atau tetangga hadir? Taklah. Samalah seperti di sekolahan. Di RT atau kompleks, tentu ada juga warga yang bandel. Tak mau mengikuti pertemuan RT atau arisan. Apa alasan mereka tak hadir? 

Pertama, tak punya uang.

Ketika diadakan arisan ada di antara warga yamg merasa berat membayar iuran RT sebanyak 40 ribu rupiah. Inilah alasan tak datang. Yah, harus dimaklumi di ekonomi susah saat ini, memang uang 40 ribu sangatlah berharga.

Semua warga maklum karena suami mereka hanya bekerja di pasar bukanlah pegawai perusahaan. Adapula yang janda, tanpa suami. Alasan ekonomi membuat mereka tak bisa hadir arisan.

Kedua, tak punya waktu

Hari Minggu merupakan hari inem sedunia bagi mak-mak. Semua berperan menjadi asisten rumah tangga. Bongkar kasur, bantal, selimut. Semua dilaundri. Semua kaca rumah, perabotan, bahkan ventilasi juga digundar biar kinclong.

Apalagi bagi guru. Senin hingga Sabtu bekerja. Minggulah hari di rumah. Full hari inem sedunia. Bikin masakan kegemaran keluarga hingga beres-beres. Belum lagi cucian pakaian sekolah anak dan setrika.

Ketiga, pulang kampung

Hari Minggu juga hari pulang kampung bagi sebagian keluarga. Ada yang pulang karena mengantar belanja nenek. Pulang karena ada kemalangan. Pulang karena ada yang married saudara, ponakan, atau ipar.

Beragam sebab tak bisa ngumpul. Sebagai tetangga baik, kita musti maklum. Jangan digunjing. Jika digunjing akan menimbulkan masalah. Siapa tahu suatu hari kita kesusahan, tetanga yang kita gunjing yang stand by membantu. Duh, malu dong.

Tetangga sangat penting bagi kita. Baik dalam situasi suka maupun duka. Meski tak jarang ada tetangga kita yang kurang berkenan di hati. Kita beri maaf dan senyum saja. Dari dulu orang tua dan agama mengajarkan untuk berbuat baik kepada kepada tetangga.

Sebab sebagai makhluk sosial, kita butuh bantuan orang lain dalam melakukan segala hal. Kita tak bisa sendiri. Pasti butuh bantuan tetangga. Nah, bagaimana sikap kita dalam bertetangga?

Pertama, sapalah tetangga

Jika berpapasan dan  bertemu tegur dan senyumlah kepada tetangga. Jika umurnya di atas kita sapa abang atau kakak. Jika di Sumbar dipanggil uda dan uni. Jika kecil dari kita sapalah dek, dik, atau adiak untuk Sumatera Barat.

Kedua, berkenalanlah dengan tetangga

Kadang kita baru pindah ke kompleks, maka sebaiknya berkenalan dengan Ketua RT sekaligus melapor. Undanglah tetangga ke rumah kita untuk berkenalan dan hidangkan makanan sederhana saja, kopi, teh, air putih, dan camilan khas di kota kita tinggal. 

Misalnya Sumatera Barat terkenal akan pargede jagung, bakwan, kerupuk mie, lontong, katupek gulai, bubur hitam, bubur putih, lepat, kue mangkuk, dan nago sari.

Menu itu bisa kita sesuaikan dengan kantong. Sederhana tapi ramah.

Ketiga, sesekali berkunjunglah ke rumah tetangga

Berkunjung ke rumah tetangga bisa diluar arisan. Ketika tetangga duduk di teras rumah, kita pun ikut ngobrol sebentar. Tapi sesuaikan teman mengobrol. Ibu-ibu mengobrol dengan ibu-ibu. Bapak-bapak dengan bapak-bapak pula.

Jangan mengobrol dengan bapak-bapak bagi ibu-ibu atau sebaliknya. Itu justru membuat istri atau suami teman kita mengobrol cemburu. Malah mendatangkan petaka jadinya. Tapi mengobrollah dengan tetangga berjenis kelamin sama untuk menghindari isu selingkuh.

Keempat, jangan berkunjung ke rumah tetangga saat istri saja di rumah atau saat susmi saja di rumah

Untuk menghindari fitnah, berkunjung ke rumah tetangga bagi ibu-ibu tentu saat si istri di rumah tetangganya. Demikian juga bagi bapak, berkunjung saat si suami di rumah.

Saya masih ingat tetangga kami di kampung. Karena si om sering mengunjungi si tante di sebelah rumah kami. Akhirnya mereka menikah dan meranalah anak dan istri si om.

Kelima, sesekali bertukar makanan dengan tetangga

Suatu hari saya memberi tetangga kami sebungkus gulai cangkuak (mirip gulai asam padeh teri, kentang, petai, dan kerupuk jangek). Spesial gulai kota tempat kami tinggal. Besoknya, kami dihadiahi tetangga beragam buah tangan dan kue. Itulah nikmat bertetangga.

Keenam, jangan pernah mengganggu tetangga

Sopanlah kepada tetangga agar ia sopan kepada kita. Jangan pernah mengganggu ketentraman mereka. Misalnya, jangan membunyikan musik keras-keras. Jangan mengotori rumah dan pekarangan tetangga.

Ketujuh, bersabar, sopan, dan menolong tetangga

Bersikap baiklah kepada tetangga. Hargai tetangga kita dengan bersikap sopan kepada mereka. Jika butuh bantuan, tolonglah mereka.

Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kedelapan, jangan ikut campur urusan pribadi tetangga

Orang yang paling dekat dengan kita, tetangga dan setiap orang memiliki privasinya masing-masing yang harus kita hormati. Termasuk tetangga. Kita tak boleh ikut campur urusan pribadi mereka. 

Tetangga, kita biarkan mengurusi urusan pribadinya dan kita urusi pula urusan pribadi kita. Tak saling ikut campur. Jika saling ikut campur maka bisa membuat tidak nyaman kedua pihak.

Mengapa tetangga penting? Untuk apa saja tetangga bagi kita?

Pertama, tetangga orang pertama yang tahu keadaan kita

Apa yang terjadi di kompleks, tentu pertama sekali yang tahu tetangga. Sewajarnya kita menyimpan nomor tetangga dan nomor kita disimpan pula oleh tetangga kita. Seperti kejadian dua tahun lalu. 

Sekitar pukul 03.30 dinihari, anak kost saya melihat dari kamarnya ada maling menuju rumah tetangga depan kami. Kebetulan rumah tetangga depan belum berpagar.

Maling itu mengambil sepatu anak tetangga depan. Kamipun segera menelpon tetangga itu setelah dilaporkan anak kost saya. Yah, sepasang sepatu baru hilang. Akhirnya sejak kejadian itu tetangga depan pun pasang pagar.

Kedua, tetangga penting dititipi kunci cadangan dan mengawasi rumah saat kita bepergian

Biasanya jadwal pulang kampung saya dengan tetangga beda. Kamipun bisa saling menitip kunci. Pernah saya sekeluarga pulang kampung dan lupa mencabut stop kontak setrika.

Lalu saya telepon tetangga untuk mengecek. Ternyata benar, saya lupa mencabutnya. Duh, gimana jadinya andai kunci tak dititp kepada tetangga. 

Ketiga, tetangga tempat berbagi

Berbagi di sini bisa rezki, bisa makanan, bisa pula berbagi kesusahan. Dulu ketika saya baru pindah rumah, suami sering bepergian. Saya suka takut sendiri di rumah. Maka saya pun menumpang tidur di rumah tetangga.

Kebetulan tetangga saya itu janda. Cocoklah saya menumpang di rumah beliau. Duh, ingat itu saya selalu merasa berhutang budi. Saya senantiasa menjaga hubungan baik dengan beliau.

Keempat, tetangga memudahkan saya dan anak dalam menalangi keuangan

Sepandai-pandai tupai melompat, pasti sesekali jatuh juga. Begitu juga kita. Kadang lupa bawa uang. Kehabisan uang. Ketika naik ojek pulang sekolah misalnya. Anak saya yang sulung suka kekurangan ongkos. Sementara saya masih di sekolah tempat kerja.

Karena hubungan baik dengan tetangga yang punya warung, anak saya jika kurang ongkos ojek pinjam sementara ke tetangga. "Nte pinjam 5000 buat ongkos ojek." Itu katanya. Saat saya pulang di sore hari. Lalu saya pun memberikan pembayarnya.

Kelima, tetangga penting untuk berinteraksi

Anak dalam tumbuh kembang membutuhkan interaksi. Tetangga merupakan lingkungan kedua anak berinteraksi setelah keluarga. Biasanya hubungan antara anak tetangga dengan anak kita sangat dekat. Mereka bestian.

Main petak umpet, bola, bulu tangkis, mobil-mobilan, mengerjakan PR bersama, dan bercerita. Seharian mereka bermain gembira. Bahkan bila temannya menangis, anak saya dengan bijak membujuk.

Betul. Hidup rukun dengan tetangga sangatlah penting. Banyak manfaat rukun dengan tetangga. Rukun juga memunculkan rasa saling melindungi. Jangan ragu-ragu untuk bersikap baik dengan tetangga dan lingkungan sekitar karena mereka sangat penting buat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun