Perlahan keberadaan Pram teman sekolah dasarku tergusur dari lingkaran hatiku. Nyeri karena luka di matanyapun tersimpan rapat di sudut gudang hatiku. Terkunci dengan gembok besi karatan.
Ketiga, "Yunda, tubuh Pram sangat kurus sekarang. Ia sudah tiga tahun sakit. Syukurlah kamu tak mengikuti Pram dulu untuk nikah muda. Jika kamu menikah dengannya, tentu kamu sudah beranak sekarang. Bisa jadi sedang hamil anak kedua pula, seperti si Tina itu."
Cerita Mak sepihak ketika aku menemani Mak di dapur memasak sayur. Kenyataan itu membuat luka perih di dasar hatiku berdarah lagi. Sakit dan menyesal tak berarti lagi. Bungkam mulutku tak bisa menanggapi ucapan Mak apalagi untuk sekedar membela diri apalagi Pram.
Keempat, Mak belum berubah. Masih arogan atas apa yang tak direstuinya. 'Darimana pula Mak tahu aku menolak Pram,' bisikku dalam hati. Mungkin Pram cerita ke Maknya lalu Maknya menuntut Makku. Hih ngerinya.
Syukurlah ketika bertemu tadi Bou hanya bercerita Pram sakit. Tak mengajak atau menyuruhku masuk untuk membezuk Pram.Â
Jujur, aku malu bertemu Pram. Aku belum menata hati dan pikiranku untuk sekedar menemuinya. Meski rindu itu masih ada. Duh hati. Kapanlah engkau bisa murni lagi.
"Pastilah kamu menyesal jika memilih Pram daripada sekolah ke kota. Ganteng tak bertahan lama, Ayunda. Sekarang Pram sudah kempot seperti lelaki tua. Tak sesuai umurnya." Urai Mak cuek mengiris-iris hatiku.
" Mak heran penyakit apa pula yang menggerogoti daging Pram. Kurus seperti tengkorak hidup." Ketus Mak tanpa rasa kasihan." Kembali ngilu bertambah.
Tangan Mak sibuk mematahkan kacang panjang yang akan dimasak bersama daun singkong. Lalat duda (daun singkong ditumbuk) namanya. Ciri khas pengolahan daun singkok di kampungku.
"Mak sakit hati kepada Umak Pram." Kembali Makku mencerocos. "Katanya kamu memutuskan Pram tanpa sebab. Dimana pula Pram ketemu sama kamu kan?. Masak Maknya bilang kamu pacaran sama Pram dulu, Ayunda. Bikin malu Mak saja. Di pasar jonjong (pasar kaget) pula Maknya bilang itu."
Mak pindah ke dekat lesung. Memasukkan daun singkong, rimbang muda, daun bawang panjang, dan cabai rawit. Beliau mulai menumbuk daun singkong. Duk duk duk duk, begitu bunyinya ketika alu ditumbukkan ke dalam lesung.