Ketika saya mengirimkan uang itu, status saldo saya posisi 0. Ini biasa jika jelang tanggal 1. Namun, kemarin baru tanggal 22 Desember sudah status 0. Praduga saya 0 karena uang administrasi dan jasa penyimpanan barang titipan gadai saya mungkin kurang.Â
Adapun hutang yang jatuh tempo 5 juta rupiah, administrasinya 17 ribu dan jasa titipan 300 ribu. Saya pikir dana ini yang kurang dari sisa saldo bisa ditarik saya 190 ribuan. Kondisi saldo rekening 0, sayapun tak tahu minusnya berapa.
Saya putuskan saja transfer 5 juta. Kekurangan diselesaikan di sana. Sukses terkirim 5 juta rupiah. Kemudian saya cek saldo. Eh, malah berkurang 120 ribu rupiah. Sayapun kaget kok saldo saya berkurang 120 ribu rupiahan.
Seingat saya, uang saya di situ ada 190 ribuan bisa ditarik diluar dana blokir satu bulan setoran kredit pegawai dan 50 ribu saldo wajib terendah buku tabungan nasabah. Ya, harusnya saldo saya menjadi 5 juta 190 ribuan kan? Ini malah menjadi 4 juta 880 ribuan.
Seingat saya bank-bank pemerintah, jika saldo kita 99 ribuan maka kita tak bisa menarik lagi. Penarikan terendah 50 ribu dan saldo minimal tersimpan 50 ribu. Maka kita tak bisa menarik  jika saldo di rekening hanya 99 ribuan saja. Minimal saldo kita 105 ribuan baru bisa narik 50 ribu.
Artinya dana blokiran 50 ribu tak bisa diutak-atik nasabah. Permanen. Nah ini fenomena unik sistem IT yang saya temukan di bank swasta ini. Ketika saya konfirmasi ke kantor bank tersebut saya pun kaget.
Dana blokiran saya satu bulan setoran untuk kredit pegawai, kurang katanya 70 ribuan dan saldo blokiran 50 ribuan wajib saya juga sudah terpakai oleh saya. Saya baru bisa mengambil titipan kredit gadai saya dengan setor tunai 415 ribu rupiah lagi.
Inilah yang terjadi di bank itu sejenis transaksi asal-asalan. Comot sana comot sini. Bisa jadi karena situasi satu hal di atas sehingga dana blokiran pun dikuras.
Meskipun yang menguras dana saya sendiri dan pengurasan ini tak merugikan nasabah bank karena nasabah sendiri yang memakai uangnya, sistem ini cukup membuat kaget nasabah seperti saya. Iya jika nasabah ada dana cadangan, jika tidak-tentu gagal pelunasan.
Proses ini pun menimbulkan kekhawatiran dan mis kepercayaan kepada nasabah. Sebab angka-angka di rekening itu olahan manusia. Jika nasabah bukan praktisi keuangan otomotis menimbulkan ketidaknyamanan pada nasbah.
Sebab, nasabah tak faham sistem IT bank. Nasabah hanya faham dana wajib 50 ribu tak bisa ditarik dan blokiran angsuran 1 bulan kredit bank  apalagi tak bisa diutak-atik nasabah. Begitu pengalaman kredit di bank pemerintah.