Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Agar Anak Sukses, Terapkan 5 Tips Ini

18 Desember 2022   15:47 Diperbarui: 18 Desember 2022   15:48 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa banyak siswa saya di sekolah tak bisa berekspresi apalagi menyelesaikan tugas menulis mereka. Dari hampir 200 siswa di kelas saya, baru sekitar 15 orang siswa yang berani menulis di medsos dan kompasiana. Alasan mereka tak bisa mencapai 500 kata, tak ada ide, malu, hingga tak percaya diri.

Mereka kelak di Sekolah Menengah Atas, di Perguruan Tinggi, dan dunia kerja akan dituntut lebih banyak lagi menulis esay dan laporan berupa makalah, skripsi, hingga tesis jika mengambil S-2 , jurnal, proposal, rencana kerja, laporan bulanan, dan laporan tahunan saat bekerja.

Ilmu berbicara yang saya dapatkan ketika ada acara pidato Maulid Nabi, Isra Mi'raj, jadi MC pada acara didikan subuh di masjid ketika usia SD dan MDA sangat membantu ketika saya diminta menjadi ketua diskusi, MC seminar, MC Wisuda Kampus, dan MC acara di tempat kerja.

Beragam kritikan dan nasihat mengiringi perjalanan berbicara itu untuk menuju mantapnya percaya diri, jatuh bangun mental ketika menghadapi tamu undangan yang hadir. Sesuai acara tentu tamupun berbeda-beda. Setiap acara menimbulkan nervouse yang berbeda pula.

Terakhir,  kelima, tempatkan anak sesuai pencapaiannya sejak dini.

Artinya, pujilah anak ketika ia benar dalam bertindak misalnya acungkan jempol sambil tersenyum. Peluk jika ia gagal atau salah. Perlihatkan pula wajah empati kita. Berkomentar jika ia sudah meminta.

Misalnya,"Duh, Bun, Aku gagal. Apakah aku ngecewain sekolah dan bunda?" Jika pernyataan seperti itu muncul dari dalam pikirin anak, beri ia pelukan. Usap bahunya atau punggungnya agar ia tenang. Perlahan beri pengertian yang logis kepadanya.

Ajak ia berdiskusi tentang hal yang dibicarakan. Misalnya, apa kelebihan lawan tandingnya. Mereka anak cerdas akan faham mengapa ia kalah dari lawannya. Mereka akan tuntas jika kita beri waktu untuk menjelaskan sebab-sebab mereka gagal. Diskusi ini mengajarkan mentalitas sportif sejak dini.

Ketika mereka mencuci piring, lalu pecah. Jangan marah. Ajak juga bicara. Bagaimana kronologi piring pecah. Mereka akan ingat selamanya sebab piring pecah karena sudah bercerita. Di masa datang mereka akan terampil mengkondisikan dan memperlakukan barang yang bisa pecah.

Semoga bermanfaat sahabat kompasiana. Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun