Beda dengan kemampuan Ayah Bunda, kemampuan sudah ada sejak dari rahim, tapi rasa percaya diri baru bisa muncul dan terbentuk dari proses sosialisasi yang dijalani oleh anak selama perjalanan hidupnya.Â
Rasa percaya diri terbentuk dari berbagai macam pengalaman anak yang terjadi pada saat berinteraksi sosial baik dengan Ayah Bunda di rumah, kakak-adik, Â lingkungan berupa tetangga, teman sebaya, dan rutinitas yang baru ataupun dengan yang lama.
Misalnya, anak diajak bersosialisasu shalat berjamaah ke masjid. Diajak ikut arisan komplek dan diminta membantu-bantu ngangkat minuman atau cemilan. Bisa juga dengan ikut serta kegiatan masjid berupa didikan subuh, gotong royong, dan menjadi panitia acara dimasjid.
Ketika mereka menggabungkan diri dalam rutinitas hidup bermasyarakat di atas, mereka mengasah kemampuan, bakat, belajar berbicara yang sopan dan santun dan pada akhirnya belajar mengukuhkan diri bahwa anak percaya diri.
Ketiga, tanamkan pada anak sejak dini bahwa pekerjaan rumah harus ia lakukan
Anak-anak yang dilibatkankan dalam pekerjaan rumah, kelak mereka akan menjadi karyawan yang mampu berkolaborasi dengan rekan kerjanya, lebih berempati kepada rekan kerja dan atasannya karena tahu secara langsung seperti apa perjuangan itu sejak dini, sehingga mampu melakukan tugas secara mandiri.
Mengajari anak pekerjaan rumah bisa memberi pelajaran hati-hati dalam bertindak. Misalnya Bunda membuat aturan cuci piring masing-masing sesudah makan. Ia akan membuang sampah makanan ke tong sampah tanpa tercecer. Berarti ia belajar menjaga kebersihan tempat kerjanya. Ia akan befhati-hati mencuci piring kesayangannya. Berarti ia belajar berhati-hati dalam bekerja dan belajar menjaga miliknya agar tidak pecah.
Sebelum menyuruh mereka melakukan pekerjaan rumah, jangan lupa untuk berdiskusi, sharing, dan membicarakan pembagian kerja sesuai umur mereka ya, Bunda agar anak merasa pekerjaan itu layak mereka kerjakan dan mereka senang melakukannya.
Keempat, Latih mereka menyampaikan peristiwa-peristiwa yang dialami seharian dan berjanjilah takkan menceritakan kepada siapapun.
Kegiatan ini harus rutin kita lakukan  kepada anak sejak dini. Latihan ini tanpa Ayah Bunda sadari sudah memberikan pelajaran berbicara, melatih menceritakan pengalaman sendiri, berani berbicara, dan menjadikan orangtua tempat utama curhat anak sejak dini.
Melatih kemampuan berbicara ini modal mereka kelak di sekolah formal saat terjadi tanya jawab dengan guru, saat belajar bahasa, menyelesaikan soal-soal berilustrasi panjang, berdiskusi, hingga menulis tugas-tugas.