Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Tips agar Anak Mendengarkan Perkataan Orangtua dan Guru

30 November 2022   19:25 Diperbarui: 1 Desember 2022   03:23 1377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan murid di kelas (PIXABAY)

Mendidik anak memang kewajiban orangtua dan guru. Mendidik mereka terkadang mudah dan terkadang susah. Apalagi generasi Z dan Alpha yang sudah dibuai oleh kecanggihan gadget.

Kadang, ketika Mom dan Dad di rumah memanggil tak mereka dengar. Dihampiri, ternyata telinga disumpal earphone. Tentulah mereka tak mendengar panggilan orangtua karena telinga tertutup earphone.

Saya dan suami di rumah sudah bikin aturan, no aerphone ketika mereka memegang android. Oke, mereka patuh saat itu. Mereka menyerahkan aerphonenya. Namun, tak semua anak bisa kita kondisikan no aerphone.

Ternyata, mereka pintar. Aerphone satu disita, eh mereka beli lagi aerphone baru pakai uang jajan mereka. COD lagi. Keren dan kreatif mereka. Saya dan suamipun geleng-geleng kepala. Waduh, kena prank lagi.

Oleh karena itu, pengetahuan mendidik anak agar menurut kepada orangtua dan guru sangatlah penting dilakukan. Tak semua kita, orangtua paham betul cara mendidik anak dengan baik. Masih saja kita kadang tertipu.

Hal mendidik anak memang tidaklah mudah, bahkan ada perilaku anak yang membuat orangtua dan guru merasa stres, kesal, dan merasa gagal menjadi orangtua dan guru. 

Ahli parenting dan psikolog anakpun mengakali bagaimana cara menyiasati anak-anak ini. Miller, salah seorang ahli parenting mengungkapkan bahwa berdasarkan apa yang kita lihat selaku orangtua merupakan hal penting yang harus disikapi.

Masalah anak menipu itu harus dicarikan solusi dan dilakukan pencegahan oleh orangtua dan guru. Cara berkomunikasi orangtua dan guru dengan anak perlu disiasati.

Pada saat menghadapi masalah seperti itu akan lebih mudah dipahami dan diterima si kecil jika kita berbahasa sesuai kondisi mereka saat bermain gadget.

Nah, bagaimana caranya agar anak mau mendengarkan perkataan orangtua dan guru baik saat dipanggil maupun saat diajak berbicara? Tips berikut bisa kita cobakan di rumah dan di sekolah.

Pertama, Dekati Anak

Jangan biasakan memanggil anak dari jarak jauh. Lebih baik anak didekati. Memanggil anak dari jarak jauh terkadang membuat mom atau dad emosi. Daripada emosi nanti bisa memicu tensi tinggi, gula darah tinggi, dan sakit jantung, mending dihampiri.

Begitu juga guru. Panggil anak ke depan, ke dekat meja guru. Bisa juga dipanggil di ruang khusus. Barulah guru mengajak anak untuk berbicara serius.

Kedua, Tatap Mata Anak

Mom, dad, Bapak Ibu guru, anak sekarang kepekaan mereka kurang. Ketika berbicara dengan mereka tatap matanya biar anak fokus. Lalu sampaikanlah apa yang hendak dikatakan.

Mata akan membuat anak fokus mendengar. Tak salah pepatah mengatakan, 'dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati.' Biasakan berbicara dengan anak saling berhadapan dan fokus menatap matanya. 

Maka ucapan mom, dad, dan guru akan mengena ke hati mereka. Begitupun saat kita meminta tolong kepada anak, tataplah mata anak. Mereka akan patuh dan tak berdaya menolak.

Sentuhan dan tatapan saat berbicara menentukan kepatuhan anak: id.theasianntparent.com
Sentuhan dan tatapan saat berbicara menentukan kepatuhan anak: id.theasianntparent.com

Ketiga, Berbicara dengan Pola Diskusi

Pola berbicara dengan anak generasi Z dan Alpha tak bisa keras-keras. Mereka gampang kaget dan menangis. Mereka kecil dari segi usia tapi merasa dewasa saat berbicara. 

Metode diskusi paling tepat memotong tipe berkomunikasi dengan mereka. Kita setuju kan, kalau komunikasi menjadi kunci harmonisnya suatu hubungan? Baik hubungan dengan teman, pasangan, partner kerja, relasi, orangtua, guru, bahkan dengan anak.

Berkomunikasi dengan anak memiliki seninya sendiri karena mereka sedang tahap pertumbuhan dan levelnya masih jauh dari level kita. Jadi, perlu berhati-hati dalam pemilihan kata, juga perilaku saat berinteraksi dengan mereka.

Khususnya orangtua, penting memiliki komunikasi yang baik dengan anak? Mengapa?

Lingkungan yang paling dekat dengan anak, lingkungan orangtua dan sekolah. Orangtua dan guru turut andil membentuk rasa percaya diri anak saat berkomunikasi hingga menuruti perkataan orangtua dan guru.

Perlakuan komunikasi dengan pola diskusi yang diberikan akan membekas hingga anak dewasa. Jika orangtua dan guru terbiasa percaya kepada anak dan memberikan kata-kata positif-pilihan, mereka akan tumbuh dengan memiliki rasa dirinya bisa dan layak dipercayai dan diandalkan.

Keempat, Berbicara sambil Mendengar

Berbicara sambil mendengar merupakan kunci utama membangun komunikasi dengan anak. Orangtua dan guru boleh bicara tetapi mau pula mendengarkan pendapat anak. Hal ini akan menyebab anak senang berkomunikasi dan diskusi apalagi anak-anak kecil, maupun remaja.

Setelah mendengarkan debat atau pendapat mereka akan hal yang didiskusikan, orangtua dan guru berikanlah tanggapan yang membuat anak merasa didengarkan. Ketika kita memberikan tanggapan pada ucapan anak membuat otak mereka terus terstimulasi secara positif.

Kelima, Jaga Intensitas Berkomunikasi dengan Anak

Sering-sering mengajak mereka berbicara maka semakin banyak yang mereka pelajari dari orangtua dan guru. Hal ini juga membantu menstimulus daya simak, kepatuhan, dan kesenangan berbicara mereka.

Fase berikutnya, menjalin komunikasi yang efektif dan baik dengan mereka sangat berharga untuk pengembangan diri mereka. Mereka pun akan mudah bersimpati dan berempati kepada mom, dad, kakak, adik, guru, dan orang lain.

Mereka menjadi patuh dan ringan tangan. Kala kita butuh bantuan membuang sampah misalnya, membeli sesuatu ke pasar, bahkan bisa diandalkan untuk membantu memasak di dapur, dan menjemur pakaian.

Jadi, komunikasi antara orangtua, guru, dan anak dengan diskusi kecil sebagai jalinan komukasi efektif antara orangtua dan anak. Komunikasi ini harus intens agar anak terevaluasi kepatuhannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun