Pertama, Dekati Anak
Jangan biasakan memanggil anak dari jarak jauh. Lebih baik anak didekati. Memanggil anak dari jarak jauh terkadang membuat mom atau dad emosi. Daripada emosi nanti bisa memicu tensi tinggi, gula darah tinggi, dan sakit jantung, mending dihampiri.
Begitu juga guru. Panggil anak ke depan, ke dekat meja guru. Bisa juga dipanggil di ruang khusus. Barulah guru mengajak anak untuk berbicara serius.
Kedua, Tatap Mata Anak
Mom, dad, Bapak Ibu guru, anak sekarang kepekaan mereka kurang. Ketika berbicara dengan mereka tatap matanya biar anak fokus. Lalu sampaikanlah apa yang hendak dikatakan.
Mata akan membuat anak fokus mendengar. Tak salah pepatah mengatakan, 'dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati.' Biasakan berbicara dengan anak saling berhadapan dan fokus menatap matanya.Â
Maka ucapan mom, dad, dan guru akan mengena ke hati mereka. Begitupun saat kita meminta tolong kepada anak, tataplah mata anak. Mereka akan patuh dan tak berdaya menolak.
Ketiga, Berbicara dengan Pola Diskusi
Pola berbicara dengan anak generasi Z dan Alpha tak bisa keras-keras. Mereka gampang kaget dan menangis. Mereka kecil dari segi usia tapi merasa dewasa saat berbicara.Â
Metode diskusi paling tepat memotong tipe berkomunikasi dengan mereka. Kita setuju kan, kalau komunikasi menjadi kunci harmonisnya suatu hubungan? Baik hubungan dengan teman, pasangan, partner kerja, relasi, orangtua, guru, bahkan dengan anak.