OPTIMIS PULIH LEBIH KUAT DENGAN TRANSAKSI DIGITAL?
Jika pertanyaan itu diajukan kepada kita, apa jawaban Anda dan saya? Saya pasti jawab ya. Mengapa? Karena dua tahun lalu, meninggalkan banyak kenangan. Kenangan akan transaksi digital selama Covid-19.Â
Betul. Kenangan itu sulit untuk dilupakan. Pada situasi itu digitalisasi sangat membantu. Misalnya, ketika harus membayar tagihan listrik dan air. Pergi ke kantor pos dan PDAM bukanlah pilihan.Â
Sayapun mau tak mau membayar tagihan dengan mobile banking. Covid-19 yang menakutkan, melumpuhkan, menyebabkan terjadi banyak perubahan transaksi pembayaran. Dari kebiasaan kes dalam berbayar tagihan menjadi digital atau non tunai.
Kondisi yang digambarkan dua tahun belakangan itu, tentu tak pernah terpikirkan oleh kita. Ia tiba-tiba datang menghampiri dan membuat semua berubah, terutama sistem keuangan dan metode pembayaran maupun belanja.
Semua aktivitas yang dilakukan di luar rumah terhenti kala itu karena takut terpapar penyakit menular apabila beraktivitas di luar rumah apalagi berkerumun. Di loket pembayaran listrik dan air PDAM, otomatis tercipta kerumunan.
Sejak itu, berdiam diri di rumah lebih dipilih. Apalagi peraturan digulirkan oleh pemerintah pula untuk membatasi kegiatan masyarakat demi memutus mata rantai penyebaran wabah.
Ketika itu, satu demi satu tetangga terjangkit. Hidung mati rasa, tenggorokan sakit, mata panas, dan tubuh meriang seperti terserang malaria. Membantu mereka hanya dengan menggantungkan makanan di pintu pagar lalu diteriaki, Randi! Ante naruh sambal di pagar."
Sebagian masyarakat yang bekerja di luar rumah untuk sumber penghasilan utama mereka harus terhenti pula. Banyak yang bingung bagaimana mencari uang agar dapat mempertahankan hidup keluarga.
Saya selama itu menghabiskan separuh dari uang tabungan. Usaha membuat tahu krispy krenyezzz dengan keuntungan 30 ribu per hari dan usaha kos-kosan dengan keuntungan 3 juta per bulan harus stop karena sekolah daring.
Pilihan digitalisasi tak bisa dielakkan lagi. Beli makanan pun terkadang harus online. Mobile banking mendadak buming. Digitalisasi ini banyak membantu dan meringankan beban masyarakat dalam menghadapi masalah ekonomi saat itu hingga kini.
Digitalisasi mampu memulihkan aktivitas yang sebelumnya dilakukan di luar rumah menjadi di dalam rumah. Tanpa digitalisasi tentu perekonomian akan lumpuh total. Pemanfaatkan teknologi digital membantu aktivitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari kala itu.
Ya, sejak itu berbagai bidang kehidupan mulai berubah, model bisnis yang semula bersifat konvensional menjadi digital karena lebih efektif dan efisien. Aktivitas akibat Covid-19 bisa dikatakan tonggak awalnya.
Percepatan digitalisasi berbagai sektor kehidupan pun perlahan pulih, seperti UMKM, pertanian, perkebunan, perikanan, pendidikan, dan keuangan terutama model pembayaran.
Beli pupuk saja online dan bisa COD pula. Usaha online menjual baju sayapun terhenti karena kemampuan digitalisasi saya bidang periklanan belum memadai. He he he.
Digitalisasi dalam kehidupan benar-benar mempermudah aktivitas. Konsultasi kesehatan misalnya, tanpa harus ke rumah sakit, jual beli barang tanpa harus pergi ke pasar, baca buku tanpa harus ke perpustakaan, daya baca novel online meningkat.
Demikian juga hal pembayaran apa pun tanpa harus membawa uang. Cukup bawa smartphone, scan pembayaran, pesan makanan, dan minuman bisa sambil tiduran,Â
Memang agar bisa pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat, maka harus menghadirkan digitalisasi di berbagai bidang kehidupan. Digitalisasi bukan ancaman baru. Kehadirannya memang mengambil posisi manusia di berbagai bidang pekerjaan.
Itu tentu resiko. Semua memiliki resiko dan konsekuensi. Digitalisasi yang membantu manusia tentu tak luput dari resiko dan konsekuensi.
Namun, perlu diingat bahwa bisnis atau usaha mengkaji untung rugi. Selama ini perusahaan, jasa, dan dunia kerja memang identik dengan administrasi yang diampu pekerja.Â
Jika si digital lebih menghemat pengeluaran daripada menggaji beberapa karyawan, tentu siapapun akan memilih digital. Maka pengoptimalan pemanfaatannya tentu menjadi pilihan. Sebab lebih menghemat pengeluaran.Â
Cara lama di ataspun dalam berbisnis saat ini sudah tidak relevan karena pola hidup beralih dengan cara yang modern serta fleksibel, digitalisasi. Contoh sederhana, saat saya membayar tagihan listrik di atas. Jika tak bisa memakai motor,harus naik ojek atau grab karena angkot mulai punah.
Pulang pergi ongkos ojek 20 ribu. Apalagi grab 36 ribu. Sedangkan mobile banking hanya menarik 2 ribu 500 perak. Tentu lebih hemat transaksi digital daripada transaksi tradisional, bukan?
Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi akibat digitalisasi, perlu dbenahi. Mau tidak mau belajar menguasai digitalisasi dibutuhkan. Jika tidak, maka kita akan hayut dalam arus cepat digitalisasi, seperti jualan online saya.
Memaksimalkan penggunaan teknologi digital menuju pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat menuju kesejahteraan bersama harus.
Percepatan transformasi digital selama pandemi Covid-19 menjadi salah satu penopang pemulihan perekonomian nasional.
Sebagaimana disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan, resiliensi bangsa ditunjukkan bangkitnya sektor ekonomi digital yang menjadi salah satu kunci kekuatan ekonomi Indonesia.
Lebih lanjut,"Digitalisasi UMKM sebagai penyokong ekonomi bangsa menjadi salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi, mencapai 5,44% (y-o-y) di kuartal dua tahun ini," jelasnya pada Upacara HUT ke-77 RI di Kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (17/08/2022).
Menurutnya, tahun 2020 yang lalu, ketika pandemi menghantam dunia, sektor informatika dan komunikasi di Indonesia tumbuh positif mencapai 10,61% (c-to-c).
Tahun 2021pun, sektor ini kembali bertumbuh sebesar 6,81% (c-to-c). Pertumbuhan diraih karena adanya shifting ke adopsi teknologi secara masif yang menopang sebagian kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan tersebut, didukung keberadaan dua decacorn dan sembilan unicorn karya anak bangsa yang diproyeksikan akan terus bertambah seiring akselerasi transformasi digital.
Hasil studi John Hopkins University, Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai salah satu negara dengan penanganan pandemi Covid-19 terbaik di dunia saat itu.Â
Negara dengan jumlah vaksinasi terbesar di dunia yaitu mencapai 432 juta dosis hingga saat ini. Ini menunjukkan resiliensi bangsa sektor kesehatan menuju pulih bersama.
Kesehatan kunci pemulihan bangsa pasca pandemi dan dicapai atas kerja sama dan kegotongroyongan, serta kolaborasi pemerintah dan segenap komponen masyarakat.
Resiliensi di era kedaulatan digital, pemerintah terus membangun infrastruktur digital, masyarakat digital, serta pemerintahan digital guna mendorong pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Upaya pengembangan SDM digitalisasi Indonesia yang unggul dan berdaya saing melalui Gerakan Nasional Literasi Digital, Digital Talent Scholarship, dan Digital Leadership Academy.Â
Berkolaborasi menghadapi masa depan dalam semangat "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat," dengan digitalisasi pembayaran menjadi salah satu faktor percepatan pemulihan ekonomi di tanah air.
Digitalisasi ini sebagai topik yang dibahas dalam pertemuan G20 tahun ini. Tidak hanya soal pembayaran, namun juga ekonomi secara keseluruhan. Apalagi setelah mengetahui, dalam dua tahun pandemi covid-19, digitalisasi berperan banyak dalam aktivitas ekonomi. Yusriana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H