Jika si digital lebih menghemat pengeluaran daripada menggaji beberapa karyawan, tentu siapapun akan memilih digital. Maka pengoptimalan pemanfaatannya tentu menjadi pilihan. Sebab lebih menghemat pengeluaran.Â
Cara lama di ataspun dalam berbisnis saat ini sudah tidak relevan karena pola hidup beralih dengan cara yang modern serta fleksibel, digitalisasi. Contoh sederhana, saat saya membayar tagihan listrik di atas. Jika tak bisa memakai motor,harus naik ojek atau grab karena angkot mulai punah.
Pulang pergi ongkos ojek 20 ribu. Apalagi grab 36 ribu. Sedangkan mobile banking hanya menarik 2 ribu 500 perak. Tentu lebih hemat transaksi digital daripada transaksi tradisional, bukan?
Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi akibat digitalisasi, perlu dbenahi. Mau tidak mau belajar menguasai digitalisasi dibutuhkan. Jika tidak, maka kita akan hayut dalam arus cepat digitalisasi, seperti jualan online saya.
Memaksimalkan penggunaan teknologi digital menuju pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat menuju kesejahteraan bersama harus.
Percepatan transformasi digital selama pandemi Covid-19 menjadi salah satu penopang pemulihan perekonomian nasional.
Sebagaimana disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menyatakan, resiliensi bangsa ditunjukkan bangkitnya sektor ekonomi digital yang menjadi salah satu kunci kekuatan ekonomi Indonesia.
Lebih lanjut,"Digitalisasi UMKM sebagai penyokong ekonomi bangsa menjadi salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi, mencapai 5,44% (y-o-y) di kuartal dua tahun ini," jelasnya pada Upacara HUT ke-77 RI di Kantor Kominfo, Jakarta Pusat, Rabu (17/08/2022).
Menurutnya, tahun 2020 yang lalu, ketika pandemi menghantam dunia, sektor informatika dan komunikasi di Indonesia tumbuh positif mencapai 10,61% (c-to-c).
Tahun 2021pun, sektor ini kembali bertumbuh sebesar 6,81% (c-to-c). Pertumbuhan diraih karena adanya shifting ke adopsi teknologi secara masif yang menopang sebagian kehidupan masyarakat.