Kedua, siswa diajak memahami masa depan. Siswa bolos karena tidak memiliki motivasi belajar untuk masa depan. Merasa apa yang dipelajarinya tidak berguna.
Misalnya, anak yang hobi futsal merasa tidak butuh matematika, bahasa Indonesia, PKN, dan pelajaran lain karena menurutnya pelajaran itu tak sesuai untuk futsal.Â
Berikan pemahaman akan masa depan mereka. Bermain bola pun butuh ilmu matematika dan lainnya. Bukankah perlu menyusun strategi dalam bertanding.Â
Selain itu, futsal tak bisa dijadikan jaminan hidup sampai tua. Harus memiliki usaha lain manakala terdepak dari futsal karena cedera dan udzur. Mereka perlu berkeluarga, punya anak, dan mendidik anak. Nah mereka baru dapat mewujudkan cita-cita di masa depan dengan menguasai beragam pelajaran.
Dengan memberikan pemahaman akan masa depan semoga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Mereka akan lebih rajin belajar dan tidak bolos lagi.
Ketiga, pendidikan itu usaha bersinergi. Perlu kolaborasi guru, orang tua, dan masyarakat. Membina hubungan baik dengan orang tua siswa dapat mencegah mereka dari bolos.
Orang tua, partner guru mendidik siswa. Guru mata pelajaran dapat mengkomunikasikan perkembangan dan permasalahan-permasalahan siswa di kelas kepada wali kelas, guru BK, wakil kepala, dan orang tua siswa.
Dengan begitu, segala peluang siswa untuk melampiaskan masalahnya ke jalan yang tidak benar dapat diantisipasi dengan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H