"Ibu, Hariri tak masuk belajar matematika. Bu Has minta tolong menyampaikan kepada, Ibu. Dhafa juga tak ikut belajar."
Begitu laporan seorang guru praktek lapangan di sekolah. Bolos lagi. Bolos lagi. Begitu setiap hari.Â
Ia bolos paling di lapangan futsal atau di masjid kampus. Ia memang hobi bermain futsal.Â
Di masjid, pasti alasannya sakit maag. Katanya ia mengidap maag. Seharusnya guru menyuruh ketua kelas menjemputnya.
Siswa sekarang memang banyak alasan. Sehari sakit, sehari sehat. Ketika sehari sehat inipun dihiasi ulah, jam 1-2 masuk kelas, jam 3-4 cabut.
Apa yang dilakukan jika mendapati siswa di kelas seperti itu? Menegurkah, memarahikah, atau memberikan hukuman?
Membolos sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh siswa remaja SMP. Bolospun sering dilakukan siswa sekolah dasar, sekolah menengah atas, hingga mahasiswa di perguruan tinggi.
Si bungsu kami di SD, dulu sering minta bolos sekolah. Jika ia diantar si papa ke sekolah, malas saja bawaannya. Saya pun selidiki sebabnya.Â
Teman jahil biasanya penyebab kasus ini, maka mengantar anak saya ambil alih sementara. Sambil membonceng dengan motor, saya ajak si bungsu bernyanyi-nyanyi.
Hehehe. Saya sengaja mempermainkan emosinya dengan bernyanyi agar ia tambah kesal. Apalagi ia memang tak suka menyanyi.