Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pentingnya Tas Siaga Bencana sebelum Terjadi Bencana

9 Oktober 2022   07:09 Diperbarui: 9 Oktober 2022   16:34 1210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padang Panjang, Sumatera Barat merupakan salah satu daerah siaga bagi warganya. Daerah ini termasuk salah satu daerah yang dilewati gempa vulkanik dari arah Danau Singkarak menuju Bukit Tui hingga ke Gunung Tandikek Malalak, Ngarai Sianok, Bukittinggi, dan berputar ke Gunung Marapi.

Gempa bumi Padang Panjang tercatat dalam sejarah sebagai salah satu gempa dahsyat di Indonesia yang patut diwaspadai oleh warganya. Seperti pada tahun 1926 merupakan gempa bumi berkekuatan 7,6 SR yang berpusat di Padang Panjang dan terjadi pada tanggal 28 Juni 1926.

Gempa ini mengakibatkan sejumlah kerusakan di berbagai tempat mulai dari Tanah Datar, Bukittinngi, hingga seluruh daerah di Padang Panjang, tanah terbelah, dan longsor terjadi seperti di Kubu Karambia dan Simabua. Bahkan merembet ke Danau Maninjau, Solok, Sawahlunto, dan Alahan Panjang.

Gempa yang meluluhlantakkan Padang Panjang dan sekitarnya itu diperkirakan menelan korban setidaknya 354 korban jiwa. Rumah-rumah penduduk yang bukan rumah panggung rata dengan tanah. Bahkan  gempa susulannya mengakibatkan kerusakan pada sebagian Danau Singkarak.

Di Kabupaten Agam dan Bukittinggi, sebanyak 472 rumah roboh di 25 lokasi, 57 orang meninggal, dan 16 orang luka berat. Adapun dii Padang Panjang sendiri sebagai pusat gempa terdata lebih kurang  2.383 rumah roboh dan 247 orang meninggal.

KOLEKSI TROPENMUSEUM via http://ikbspdpj.blogspot.com/
KOLEKSI TROPENMUSEUM via http://ikbspdpj.blogspot.com/

Demikian juga gempa yang saya rasakan terjadi pada tahun 2007. Tepatnya disebut gempa bumi Sumatera pada Maret 2007 juga serangkaian gempa bumi berkekuatan 5,8-6,4 skala Richter yang melanda sejumlah kabupaten di provinsi Sumatra Barat, Indonesia yaitu 6 Maret 2007 mulai pukul 10:49 WIB.

Sekolah-sekolah terpaksa ditutup. Kami pulang ke rumah masing-masing. Ketika saya menjemput dua anak saya ka PAUD ternyata rumah PAUD itu telah rata dengan tanah separuh bagian depannya yang merupakan rumah panggung sisa gempa tahun 1926.

Untunglah anak-anak beserta guru PAUD mereka sedang berada di bangunan permanen dapur sehingga tidak ada korban jiwa. Saya pun mengucap syukur Alhamdulillah dan tetap bertangis-tangisan dengan guru PAUD anak-anak. Cepat-cepat kami meninggalkan lokasi sambil berlinang air mata.

Sesampai di rumah, guncangan kecil-kecil masih terasa. Hingga jelang pukul 12.15 terjadilah guncangan dahsyat. Ini pengalaman pertama saya berkenalan dengan gempa sebesar ini.

Rumah serasa runtuh, isi lemari berhamburan, aquarium pecah, dan saya pesimis apakah bisa keluar rumah karena dua anak saya kala itu, si sulung berumur 5 tahun dan si bungsu jelang 2 tahun sedang tidur.

Dengan membopong mereka berdua kami berusaha keluar rumah dan diuji lagi ketika satu langkah lagi mencapai pintu keluar terjadi lagi guncangan lebih dasyat hingga tubuh saya oleng dan salah satu dari anak saya menangis karena kepalanya terbentur konsen pintu.

Kembali kami bertiga menangis. Manakala saya melihat ke depan, ternyata rumah-rumah di depan rumah kami telah hancur. Ternyata Allah masih menolong kami. Rumah di depan hancur karena baru dipasangi batu bata. Rumah kami kompleks yang baru selesai pengerjaan satu hingga 6 bulan. 

Tiga hari kami di tenda. Gemetar kaki memasuki rumah kembali. Keretakan dinding rumah tak bisa dihindari. Apalagi dindingnya yang belum diplester. Seminggu setelah gempa saya pun mengalami abortus atau keguguran.

Guncangan gempa ini konon terasa ke Singapura dan Malaysia. Sampai tanggal 7 Maret 2007 korban meninggal akibat gempa dilaporkan 52 orang. Salah satunya siswa di sebuah sekolah yang bangunannya runtuh pada gempa pukul 10.49.

Indonesia negara yang dikelilingi oleh hal-hal yang membuatnya rawan terkena bencana alam, seperti gunung aktif yang menyebabkan letusan vulkanik, Laut yang dapat menyebabkan Tsunami, dan geombang pasang, hutan yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan, dan sungai yang menyebabkan terjadinya banjir.

Seperti banjir yang baru saja terjadi, banjir yang mengakibatkan tembok sekolah roboh ditendangan banjir dan menewaskan tiga orang siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTSN) 19 Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan tersebut. Saat kejadian, beberapa siswa bermain air banjir di sekitar tembok sebelum roboh.

Banjir di MTsN 19 Jakarta, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (6/10). (detikcom/Brigitta Belia)
Banjir di MTsN 19 Jakarta, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (6/10). (detikcom/Brigitta Belia)

Merujuk bencana yang cukup tinggi di negara kita, diharapkan masyarakat siap sedia dalam menghadapi bencana alam atau fenomena alam dadakan yang menyebabkan kita harus pergi meninggalkan ruangan ataupun tempat tinggal.

Ketika banjir dan gempa memberi isyarat sebaiknya guru dan siswa sudah sedia meninggalkan sekolah agar tak terjadi lagi korban jiwa. Demikian pula warga di rumah jika ada gempa dan banjir segera keluar rumah dan menunggu sinyal baik dari alam maupun pesan di android apakah mengungsi atau cukup bikin tenda di depan rumah.

Dengan siap siaga meninggalkan tempat tinggal, maka perlu persiapan bekal. Persiapan bekal hal yang sangat penting. Untuk itulah, Tas Siaga Bencana menjadi solusi yang baik dan tepat bagi masyarakat untuk dipersiapkan.

Tas Siaga Bencana adalah tas yang digunakan oleh masyarakat untuk pergi meninggalkan rumah ketika bencana terjadi. Apabila bencana secara tiba-tiba terjadi, maka masyarakat bisa langsung keluar dari rumah dan membawa langsung tas yang telah dipersiapkan sebelumnya. 

Dengan tas tersebut kita tak payah memilih dan memilah barang penting apa yang akan dibawa selama berada di pengungsian. Namun, ketika bencana sudah datang baru hendak menyiapkan tas bencana tentu sudah terlambat. Selain tubuh yang gemetar, tetap berada di rumah dalam situasi itupun berbahaya.

Apa saja isi Tas Siaga Bencana ini? Tas Siaga Bencana terisi dengan air minum kemasan, surat-surat penting, masker, uang, alat p3k, peluit, ponsel, pakaian untuk beberapa hari, perlengkapan mandi hingga senter, baterai, mie kering, beras, dan panci.

Dengan masuknya barang-barang penting tersebut, apabila terjadi bencana secara mendadak, kita dapat mengevakuasi diri lebih cepat sehingga terhindar dari dampak yang lebih besar yang disebabkan oleh bencana tersebut.

Selain menyiapkan Tas Siaga Bencana, perlu menyiapkan rencana darurat keluarga, berupa tenda mini, menganalisis ancaman bencana di lingkungan, mengidentifikasi titik kumpul, mengumpulkan nomor hp penting, TIM SAR, rumah sakit terdekat, dan PMI.

Rute evakuasi harus dicatat, mengidentifikasi lokasi mematikan air, gas, dan listrik, mengidentifikasi titik aman di dalam rumah, serta mengidentifikasi anggota keluarga yang rentan seperti ibu hamil, lansia, dan balita.

Sebaiknya teruslah menyimak informasi terkait bencana alam melalui platform, misalnya whatsup BMKG. Semakin banyak informasi yang didapat, tentu semakin meningkat kewaspadaan terhadap bencana.

Sebab bila ditunggu bencana datang baru update sudah telat akibat jaringan listrik telah padam dan otomatis jaringan internet dan sinyal pun akan terputus. Mari Siaga Bencana guna meminimalisir korban meninggal karena bencana. 

Yusriana, S.Pd menulis untuk Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun