Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Work Life Balance Pentingkah Bagi Pekerja Keras?

2 Oktober 2022   20:49 Diperbarui: 6 Oktober 2022   17:00 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Work life balance  apa sih? Sudah pernah dengar? Di dunia pekerja istilah ini tentu tak asing lagi bukan? Work life balance memiliki makna kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggungjawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaannya. 

Misalnya jam di kantor berapa jam? Jam untuk keluarga dan diri sendiri pun berapa jam? Seimbangkah anatara jam kerja dengan jam untuk keluarga dan diri sendiri? Menurut Hudson, aspek aspek dalam work life balance dalam kehidupan seseorang antara lain Keseimbangan Waktu.

Pintar dalam pembagian proporsi waktu luang untuk pekerjaan dan hal-hal di luar pekerjaan inilah yang disebut work life balance.

Ketika Anda merasa cukup, tidak iri, menjaga hati dan diri, bersyukur, dan semangat menjalani hidup baik di kantor, di rumah, dan di mana saja merupakan penerapan gaya hidup versi work life balance. Gaya hidup inilah yang  harus dimiliki setiap hari, terutama bagi Anda yang bekerja.

Istilah ini tentu tak asing bagi Anda yang memiliki arti kemampuan individu dalam menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan hal lain di luar pekerjaan Anda, misalnya suami, anak, dan keluarga besar.

Kesadaran work life balance kadang kala memang belum ada pada diri Anda, meski kadang sudah tinggi. Akan selalu bolak-balik sesuai pola pikir Anda. Padahal, hal tersebut penting bagi kita untuk tetap menjaga daya tahan tubuh.

Sebetulnya ada 3 negara di dunia yang digadang OECD memiliki gaya hidup work life balance terbaik. Benarkah? Lalu negara kita Indonesia apakah sudah terkategori memiliki gaya hidup work life balance? Yuk kita simak sejauh mana mereka dan kita memiliki work life balance.

Pekerja Italia

Pekerja Italia konon merupakan pekerja pertama yang memiliki gaya hidup world life balance terbaik di dunia. Berdasarkan data (OECD)  World Economic Forum menyebut-nyebut, negara ini memiliki skala 9,4 dari 10 yang berarti hampir sempurna.Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi di sana pun menginformasikan bahwa hanya 3% karyawan yang bekerja selama berjam-jam dan mendapat bayaran.

Pekerja Italia sebagian besar hanya menghabiskan 16,5 jam untuk urusan pribadi dan rekreasi. Bagi mereka, semakin panjang jam kerja yang dijalankan, maka akan semakin sedikit pula waktu yang dihabiskan untuk kegiatan lainnya, termasuk berkumpul bersama teman dan keluarga.

Pemerintah Italia juga semaksimal mungkin menciptakan iklim kerja yang fleksibel dan mampu mendukung para karyawannya, apalagi untuk para orangtua yang harus membagi antara pekerjaan kantor dan rumah. Merakyat sekali bukan?

Pekerja Denmark

Pekerja Denmark untuk saat ini menduduki posisi kedua dalam jajaran yang memiliki gaya hidup world life balance paling baik di dunia dengan skala 8,6. Hanya sekitar 2% karyawan Denmark yang bekerja secara teratur dengan jam kerja panjang, padahal standar yang dipatok OECD adalah 13%.

Pekerja Denmark biasanya menghabiskan 16 jam dari waktunya untuk tidur, makan, dan bersosialisasi, serta rekreasi bersama orang-orang terdekat mereka. Berdasarkan studi menyebut, 96% masyarakat Denmark mengaku memiliki kerabat atau teman yang bisa diandalkan ketika sedang dalam masa sulit.

Sementara itu, 86% masyarakat Denmark aktif terlibat dalam proses politik dan partisipasi pemilihan. Pekerja Denmark menganggap kunci kehidupan bahagia itu memprioritaskan hidup di atas pekerjaan. Pun saat sedang bekerja, karyawan dapat menikmati fleksibilitas tinggi yang diberikan oleh perusahaan. Enjoy bukan?

Pekerja Norwegia

Norwegia menduduki posisi ketiga yang memiliki work life balance di skala 8,6. Karyawan di Norwegia hanya menghabiskan sekitar rata-rata waktu 42,9 jam per minggu di tempat kerja. Oslo, menjadi kota yang dirasa paling nyaman untuk menerapkan kehidupan work life balance di Norwegia.

Pekerja Indonesia

Kayaknya posisi pekerja Indonesia lebih pantas menempati posisi 3 ini darpada negara tersebut. Pekerja Indonesia menghabiskan sekitar rata-rata waktu 37,5 jam per minggu di tempat kerja. ASN atau PNS menghabiskan 37,5 jam beban kerja per minggu. Demikian juga perusahaan-perusahaan menerapkan 8 jam per hari maksimal bekerja.

Kemampuan ber-Work Life Balance (WLB) sebetulnya sudah diatur Allah SWT untuk Anda. Kemampuan ini merupakan kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan tanggung jawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.

Apalagi pola kerja saat ini (terutama di kota-kota besar), untuk memulai bekerja dan berangkat menuju tempat kerja masing-masing umumnya kita menghadapi berbagai tantangan seperti anak mendadak mau BAB, kemacetan lalu lintas, hujan, dan sesampainya di tempat kefja harus mengerjakan tugas-tugas kita sesuai tanggung jawab masing-masing yang terkadang menguras tenaga dan pikiran.

Tidak cukup sampai di situ, setelah tugas-tugas kita selesai dan jam kerja sudah berakhir kita harus tetap berjuang untuk sampai ke rumah dengan pengulangan menghadapi menjemput anak, hujan, dan kemacetan lalu lintas.

Kita dapat merasakan seberapa besar energi dan emosi yang  dihabiskan dalam bekerja. Maka pulihkan energi dan emosi dengan cara menyeimbangkan pola hidup dalam bekerja (office hour) dan aktivitas lain diluar bekerja (office hour empty).

WLB menjadi kebutuhan untuk menyeimbangkan pola hidup karena mampu mengurangi stress,meningkatkan kesehatan mental, dan fisik, mengeratkan hubungan dengan keluarga dan lingkungan sosial, serta produktivitas,  kemampuan berpikir kreatif, dan kesempatan untuk merenung (rethinking).

Caranya:

Mengatur Jadwal

Mengatur jadwal, hal pertama yang bisa dilakukan. Susun jadwal bekerja dan di luar kerja, dan coba untuk berkomitmen mematuhi jadwal yang telah disusun agar tetap fokus pada hal-hal yang sudah terjadwal.

Berani Menolak

Agar tetap fokus pada hal-hal yang sudah terjadwal maka belajarlah untuk berani menolak apapun  pekerjaan di luar jadwal dan di luar jam kerja. Jelaskan secara perlahan dan sopan kenapa harus ada penundaan pekerjaan hingga jam kerja selanjutnya.

Pisahkan antara Pekerjaan dan Pribadi

Hal ini bisa dilakukan dengan memisahkan fisik dan tindakan ditempat bekerja dan waktu bekerja (office hour)  dengan di luar tempat kerja dan di luar waktu bekerja (office empty hour). Jangan berpikir pekerjaan di saat tidak bekerja (burn out). Atau sebaliknya.

Di luar watu bekerja (office empty hour), lakukanlah:

Berkumpul dengan Keluarga

Salah satu aktivitas yang paling umum dilakukan saat santai khususnya akhir pekan adalah berkumpul bersama keluarga dengan melakukan berbagai aktvitas di rumah maupun di luar rumah atau pilihan lainnya adalah berkumpul bersama tetangga. Misal nonton bareng di rumah tetangga.

Lanjutkan Hobi

Berkebun, memasak, membuat karya merupakan bagian menjalankan hobi. merupakan salah satu pilihan.

Membaca

Kegiatan Membaca sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan menyenangkan terutama buku atau novel yang bertema ringan dan seringkali kita membeli sebuah buku yang belum sempat dibaca, kesempatan terbaik untuk membacanya.

Berolahraga Ringan

Berolahraga sangat bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental karena tubuh dan pikiran yang sehari-hari digunakan untuk beraktivitas ditempa kerja akan mendapat peregangan saat kita berolahraga serta membuat pikiran lebih segar. Pilih saja senam SKJ ketika kita SD.

 Istirahatlah jika Saat Istirahat

Aktifitas istirahat adalah aktivitas yang paling mudah dilakukan, tidak ada salahnya sesekali menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan, tidur-tiduran, atau  menghabiskan satu hari penuh dengan berbaring santai di tempat tidur sembari menonton TV atau bahasa sekarang ngalai-ngalai.

Muhasabah Diri

Merenung juga bisa memberikan manfaat. Dengan merenung Anda dapat membebaskan pikiran, memikirkan kembali bahkan mengevaluasi apa yang telah kita perbuat serta, mensyukuri nikmat Allah hingga bisa sampai di titik  ini.

Merenungkan sesuatu bahkan terkadang memunculkan ide dan solusi memecahkan masalah hingga memunculkan ide kerja baru nan variatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun