Setelah tampil, ternyata kelompokku yang paling bagus.
"Hore!! Kita menang!!" Sorak kami bergembira. Namun, kebahagiaan itu tercekat saat Rei tiba-tiba saja datang mendekat.
"Emmm, Kay ... a-aku minta maaf telah membentakmu saat itu. Aku menyesal. Apa yamg dikatakan Raf benar. Aku sengsara di sana. Mereka tak mempedulikan diriku." Mata Rei terlihat memohon.
"Maaf ya Rei, tapi aku tidak bisa. Karena sakit rasanya jika dibeginikan, Rei," ucapku. 'Plin-plan ini cowok.'
"Kumohon Kayla .... Maafkanlah diriku ini. Mari kita berteman lagi seperti saat daring."
"Heh! Dia tidak mau memaafkanmu! Jadi, pergi aja sana, hus hus!" Usir Keke.
"Ya udah dibilangin, malah keras kepala. Eh, tau-taunya malah rengek-rengek sekarang," imbuh Rafael.
Sudahlah .... Ayo, kita tinggalkan saja dia," ajak Laura.
   Â
"Maaf ya, Rei. Aku tidak bisa," ucapku sambil tersenyum. Tersenyum hambar. Bagaimanapun tentu tak semudah itu menghapus Rei dari ingatannya. Nampak wajah penuh sesal Rei. Ia begitu terpukul.
Ia menyesal dengan apa yang telah ia perbuat. Persahabatan mereka hancur karena ulahnya sendiri.
Sebaliknya, Kayla bahagia sekarang. Akhirnya ia tahu bahwa Rei baik padanya karena ada udang di balik batu. Rei baik karena memanfaatkannya untuk mengerjakan tugas. Julukan serigala berbulu domba memang pas buat Rei.