Kelinci manis itu membelalakkan matanya ketika si tokoh utama mendatangi kandangnya. Tangan mungil itu segera meraihnya. "Aduh... kamu bau. Belum mandi. Mandi yuk, sambil aku cerita sekolahku." Katanya sambil membelai leher si putih.
Kelinci putih pun mulai berkhayal akan cerita sahabatnya.
Manusia diciptakan sebagai tokoh utama dalam kehidupannya masing masing. Namun, peran sebagai tokoh utama ini kadang menyamar menjadi seorang tokoh tambahan dengan kisah yang tidak menarik. Begitulah yang dialami seseorang dalam menjalani hidup.
Nama si tokoh utama adalah Zefanya Yasmine Adhytama, dengan panggilan Zefa. Semenjak kecil, keputusan atau keinginan yang ia ambil, selalu dianggap tidak penting oleh ayah atau ibunya. Hingga aku si kelinci putih inilah sandaranya yang lebih besar.
Hal itu terjadi karena  Zefa dianggap masih "kecil" padahal umur Zefa dengan saudaranya Hanyta terpaut 1 hingga 2 tahun saja.
Pada umur tepat 7 tahun, Zefa mulai memasuki lingkungan sekolah dasar. Jika biasanya siswa kelas 1 SD akan diantar dan ditemani orang tua pada hari pertama sekolah, Zefa tidak mengalami itu. Pada hari pertama ia berangkat bersama saudaranya dan langsung diantar menuju kelas.
Di sekeliling nya, beberapa anak ada yang terlihat menangis dan ogah untuk memasuki sekolah. Di kursi terdepan, Zefa memperhatikan semua itu dan menanti untuk diajak berkenalan. Hingga masuk lah seorang gadis kecil manis bersama seorang ayah dan berhenti tepat di depan meja yang diduduki Zefa.
"Ara pengen duduk dimana?" Tanya seorang Bapak sembari mensejajarkan badan dengan si anak.
"Di sana, Pah," ujar si anak sembari menunjuk ke arah Zefa dan segera duduk di sebelah Zefa. Zefa yang ditunjuk merasa sangat kegirangan karena akan segera mendapatkan teman baru.
"Nama kamu siapa?" Tanya Zefa dengan lembut.