Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis Surat sebagai Sanksi Tak Menuntaskan Tugas di Rumah

2 September 2022   17:24 Diperbarui: 2 September 2022   17:31 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oke, tugas kita kemarin gantung belum selesai. Ananda Ibuk suruh melanjutkan di rumah. Ananda bisa pula berimprovisasi membuat laporan itu dengan melihat contoh-contoh yang ada di google." Begitulah apersepsi Bu Rinda pagi ini.

Perlahan siswa di kelas itu maju satu per satu ke depan. Mereka membuka dan membawa tugas laporan mereka. Bu Rinda menghitung kertas yang diserahkan Anak. Tak lupa ia memberi senyum dan ucapan terima kasih kepada siswanya yang menyerahkan tugas itu.

"Oke, sayang. Baru 30 orang. Kita kemarin hadir 33 orang. Hari ini hadir .... oke silakan duduk di kursi masing-masing. Ibu absen dulu. " Bu Rinda melayangkan pandangan. Berhitung. Ternyata, siswanya hadir 32 orang.

"Siapa tak hadir, Nak. Ibu tak melihat Syifa Sabila. Ada yang tahu kabarnya?" Bu Rinda lagi melayangkan pandang. Semua menggeleng.

"Assalamu alaikum."

Semua mata beralih ke pintu. Ada Pak Satpam di sana sedang setengah senyum.

"Waalaikumussalam. Koor siswa dan Bu Rinda menjawab.

"Bu, ada surat izin anak." Beliau menyodorkan amplop itu kepada Bu Rinda.

"Oke, Pak Budi. Makasi ya." Terima Bu Rinda akan surat itu.  Setelah si satpam sekolah pergi, ia membuka surat itu.

Ternyata Syifa Sabila sakit. Bu Rinda pun mengisi absen anak dengan tanda titik untuk anak yang hadir. S untuk yang sakit.

"Berarti kertas tugas laporan kita kurang 2 lagi, Nak. Seperti biasa Bu Rinda melayangkan pandangan. Dua siswa laki mengacungkan jari. Gazian dan Hariri.

"Sesuai kesepakatan kontrak belajar kita. Bagi Ananda yang tidak ada tugas silakan buat surat untuk orang tua Ananda, ceritakan kepada orang tua rentetan kegiatan Ananda mulai pulang sekolah hingga tiba lagi di sekolah pagi ini. Jangan lupa suratnya juga disertai tugas kita tentang laporan tadi, ya."

Gazian dan Hariri pun segera mengeluarkan kertas dua lembar dan mulai menulis surat.

Menulis Surat sebagai Sanksi

Efektifkah menulis surat kepada orang tua mereka sebagai sanksi? Pertanyaan ini tentu muncul di hati Bapak Ibu guru. Wajar, Bapak Ibu guru merasa sangsi karena selama ini mungkin belum pernah mencobakan sanksi ini.

Dulu, Bu Rinda menerapkan sanksi piket, melipatgandakan tugas, atau berdiri di depan kelas. Bahkan denda 5000 untuk uang kas kelas atau membawa satu pot bunga. Namun, setelah dikaji dan ditelaah semua itu tak membawa kemajuan belajar siswa.

Maka dicobalah menulis surat kepada orang tua sebagai sanksinya. Surat yang ditulis tentang laporan kegiatan siswa dari pulang sekolah hingga ia kembali berangkat sekolah secara garis besar. Kemudian di akhir surat dibeberkan anak tentang tugas yang belum selesai hingga tugas tersebut tuntas.

Sanksi ini hanya diberikan kepada anak yang hadir pada saat pembelajaran ketika tugas diberi. Namun, karena keterbatasan waktu tugas tak selesai hingga terpaksa dituntaskan di rumah dan diserahkan kepada guru pada pertemuan berikutnya.

Biasanya anak yang terkena sanksi benar-benar tak membawa kertas tugas pada pertemuan berikutnya. Artinya, tugas tertinggal di rumah meskipun hanya tinggal separuh yang akan diselesaikan. Bahkan anak yang mendapat sanksi ini mengaku jika tugas tinggal di laci meja dan akhirnya hilang.

Efektifitas Menulis Surat

Ternyata pemberian sanksi ini efektif. Apa saja perolehan anak saat diberi tugas menulis surat.

Pertama, anak merasa dihargai.

Mereka merasa dihargai menulis surat daripada sanksi lain. Pada surat mereka merasa perlu berhati-hati dalam menulis. Takut nanti salah tulis dan terlanjur dibaca guru yang mengajar dan orang tua mereka. 

Merasa dihargai karena bisa bertanggung jawab atas perbuatan dan kealfaan membuat tugas. Berharap dihargai pula oleh orang tua karena sudah jujur di surat itu.

Dibanding dengan media komunikasi yang lain, surat dibuat mengikuti aturan supaya bisa tersusun rapi sesuai urutannya. Menulis surat sesuai aturan akan melatih anak untuk bersikap santun, menghormati orang tua, dan guru. 


Hal tersebut bisa dilihat dari ucapan salam pembuka, dan salam penutup.

Kedua, menulis surat melatih komunikasi

Ketika merangkai kata, otak, memori, dan fokus anak dipadukan agar anak bisa melahirkan kata-kata  sebagai ungkapan mewakili pikirannya. Meskipun menulis, anak akan merasa berbicara langsung dengan orang tuanya. Nah, menulis surat akan melatih komunikasi anak dengan orang tuanya.

Biasanya anak yang suka lupa tugas ini memang anak yang kurang mendapat perhatian dari kedua orang tuanya akibat kesibukan masing-masing.

Ketiga, menulis surat melatih kerapian 

Kerapian tulisan anakpun dapat menakjubkan dengan sanksi menulis surat ini. Mereka bisa diarahkan menulis kalimat cukup 3 kalimat satu paragraf. Gunakan huruf kapital di awal kalimat. Huruf kapital untuk nama seseorang. Huruf kapital untuk nama geografi atau tempat. Tanda baca titik dan koma pun bisa dirapikan.

Keempat, Tugas Tuntas dalam Bentuk Surat

Mereka masih polos. Masih bisa kita politisir membuat tugas dalam bentuk sanksi menulis surat. Pada akhir surat, mereka akan mengerjakan tugas dalam versi surat berisi tugas yang diberikan. Lumayanlah meski tak sekeren tugas temannya yang dibuat di rumah.

Memang, jika tugas dikerjakan di rumah, mereka bisa memiliki banyak referensi. Baik dari pendapat orang tua, kakak, buku, dan google. Tugas menjadi lengkap, rapi, dan lugas. Khusus untuk anak mendapat sanksi ini mungkin kemampuannya menggunakan berbagai sumber dalam belajar belum muncul.

Kelima, menulis surat merilekskan tapi tetap produktif

Ketika menulis surat pribadi, anak yang mendapat sanksi diperbolehkan untuk mengungkapkan perasaan dan apa yang mereka pikirkan, perbuat, sehingga lupa tentang suatu hal. Tugas.

Mencurahkan isi hati melalui surat jadi salah satu cara melegakan diri mereka yang baik dan menghindarkan mereka dari cemas sehingga mereka tetap produktif menulis tugas. Kreativitas mereka juga akan terasah melalui sanksi menulis surat.

Keenam, menulis surat menampilkan kejujuran

Surat yang mereka tulis akan memperlihatkan kejujuran siswa dalam berkomunikasi. Karakter jujur akan terwujud melalui rangkaian kata-kata mereka. Guru cukup sedikit mengingatkan untuk jujur menulis. Jika tak jujur, terpaksa diulang lagi menulis surat.

Biasanya pada surat mereka akan muncul nama-nama temannya yang bisa guru konfirmasi atas kebenaran isi cerita di surat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun