ABK sebaiknya di sekolahkan di sekolah khusus bagi ABK agar guru bisa memahami kondisi anak. Teman mereka pun berkondisi sama sehingga buly atau perundungan bisa diminimalisir karena anak berkondisi sama tak mungkin membuly temannya. Inilah pendapat mereka yang kontra menyekolahkan ABK di sekolah formal.
Hal ini masih menimbulkan perdebatan di kalangan orang tua sampai saat ini. Pada konten ini penulis akan menguraikan pilihan untuk kita bahwa menyekolahkan ABK di sekolah formal, pilihan tepatkah atau kurang tepat. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi orang tua yang mendapat kesempatan mengasuh anak luar biasa ini.
B. Pernyataan Pro
Pada dasarnya ABK memiliki hak yang sama dengan anak seusianya. Baik dalam hal memperoleh kasih sayang apalagi dalam hal mendapatkan pendidikan. Malah ABK ada yang  memiliki Inteligensi Quation (IQ) di atas anak normal.
Saya ingat satu murid saya perempuan ABK. Sekali membaca buku, semua isi buku bisa ia ceritakan kembali. Detil tanpa kurang satu apapun. Hebat. Semua pelajaran ia fahami. Hanya saja ia tak bisa bergaul lama dengan temannya dan ketika Proses Belajar Mengajar (PBM) berlangsung ia sering bergumam.Â
Misalnya ketika ia bosan mendengar kita ceramah materi pelajaran terlalu lama, ia akan melenguh dengan keras tanpa kita tahu arti kata yang ia ucap. Bila ini terjadi temannya akan berkomentar, " Iya Lisa." ( nama samaran).
Saya pun berhenti ceramah lalu mengganti metode dengan tugas. Tugas bisa ia selesaikan dengan baik. Tetapi ketika ada tugas berbicara atau presentase barulah ia mengalami kesulitan menjaga fokus. Ia pun mendapat perlakuan baik dari teman dan guru. Hingga ia lulus dengan nilai UN tertinggi di Provinsi kami.
Kondisi Lisa di atas contoh ABK bisa menempuh pendidikan di sekolah formal. Meskipun ia memiliki kekurangan fokus dan pengendalian diri jangka panjang seperti temannya. Karena itu, sebelum memutuskan menyekolahkan ABK ke sekolah formal orangtua perlu berdiskusi dengan tenaga profesional, psikolog.
Psikolog akan melakukan tes IQ dan adaptive untuk melihat karakter serta kemampuannya. Apabila hasil tes menunjukkan karakter dan kemampuan ABK tak terlalu berbeda dari anak umumnya, bersekolah di sekolah formal bisa dipilih. Bersekolah di sana dampaknya akan bagus. Anak bisa terus menerus belajar dan terdorong untuk lebih maju dan berubah.
Orangtuapun sebelumnya perlu mendiskusikan ini dengan pihak sekolah formal. Jika tempat anak menempuh pendidikan itu faham dan setuju bisa dilanjutkan. Kelak di sini ia akan memiliki lingkungan yang positif. Pihak sekolah faham cara memperlakukan ABK dan penggunaan bahasa yang harus disesuaikan.Â
Sebab jika sekolah tak bisa memberikan perlakuan yang tepat, maka kondisi ABK bisa bertambah buruk. Perlakuan yang salah bisa membuat anak tersinggung dan malah enggan pergi sekolah. Berbicara soal ini, satu murid saya yang lain juga pernah kejadian. Anak ini laki-laki. Kita beri saja nama Toni.Â