Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Diplomasi Itu Tak Harus Diumbar

6 Juli 2022   12:28 Diperbarui: 7 Juli 2022   07:52 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisik-Bisik, Yes: Sumber Foto tribunews.com

Kompasiana.com - Diplomasi itu tak harus diumbar, inilah bahasan kita hari ini. Semoga kita mendapatkan yang terbaik.

Melihat Bapres Joko Widodo di dampingi Ibu Iriana tentu mengingatkan kita kepada Bapres Soeharto dan Ibu Tien.

Momen diplomasi Ukraina-Rusia ini pun mengingatkan kita bahwa di zaman Bapres Soeharto juga selalu ada kunjungan ke luar negeri untuk berdiplomasi.

Dalam masa Orde Baru, di bawah kepemimpinan beliau Indonesia tetap mendukung perjuangan bangsa Palestina sekaligus mengecam Israel sebagai entitas penjajah. 

Namun, sedikit berbeda dengan rezim Sukarno, penguasa Orde Baru tidak langsung berkonfrontasi dengan Israel. Pilih damai dengan mediasi.

Menurut  M Muttaqien dalam artikelnya untuk jurnal Global and Strategies (2013), dikutip lagi dari Republika co.id. bahwa Presiden Soeharto lebih menyukai upaya-upaya mediasi untuk menyudahi konflik Palestina-Israel. 

Di samping itu, Orde Baru diketahui lebih berpihak pada Barat, utamanya dalam soal ekonomi dan politik keamanan.

Demikian juga di era Bapres Joko Widodo. Beliau berdiplomasi dengan lentik bak seorang penari cantik yang memikat publik untuk melihat dan menunggu gerakan-gerakan beliau berikutnya. Semua menunggu dengan dada penuh dan sesak.

Banyak di antara publik yang tak sabar menunggu hasil yang akan dipanen dalam diplomasi ini. Sehingga bermunculanlah spekulasi-spekulasi sesuai kaca mata pribadi.

Spekulasi tidak salah asal jangan menyuburkan rasa negatif yang berlebihan. Toh, semua butuh proses. Ibarat menanam sebatang pohon cabai, kita butuh proses cabai ini bertumbuh dan menghasilkan kemudian panen.

Mengapa saya umpamakan dengan cabai bukan dengan terong atau tanaman lain? Karena cabai jenis tanaman yang susah-susah gampang menanamnya. Tanaman ini pun paling mahal harganya dari tanaman lain. Pedas tapi dirindukan. 

Begitu juga sosok Bapres kita pada situasi ini. Beliau ibarat cabai yang dihujat pedas tapi tetap dipilih, dirindukan, dan dimakan. Ingat lagu Ayu Ting Ting "Sambal Lado".

Cabai merupakan jenis tanaman yang menarik untuk ditanam karena bijinya sangat kita butuhkan saat makan. Kita lebih butuh cabai dalam rutinitas makan daripada terong dan tanaman lain.

Sebenarnya cara perawatan cabai tidak terlalu sulit. Susah-susah gampang. Meskipun perawatan tanaman cabai cukup mudah, namun tetap harus memerhatikan beberapa hal yang penting, seperti lokasi tanah yang cerah. Beda lagi dengan terong, lokasi tanam bisa di mana saja. 

Tanah menanam cabai pun tak sembarangan, sebaiknya tanah keras yang digemburkan dan tidak banyak mengandung air banyak.

Namun, cabai juga memerlukan air yang harus cukup. Selain itu dia harus dipupuk dan diberi pestisida agar terhindar dari penyakit atau hama. Banyak syarat yang harus dipenuhi untuk perawatan cabai ini. 

Begitu juga misi perdamaian ini banyak syarat, trik, kiat, atau hal-hal yang perlu dijaga untuk memuluskan misi ini. Butuh kiat unik tepatnya strategi. 

Tentu Bapres kita yang sudah terkenal unik sejak menjabat Gubernur DKI hingga mencalonkan diri jadi presiden tampil unik ini juga akan melakukan diplomasi unik. 

Bukan hanya persoalan berbicara dan terus diumbar diplomasi ini. Namun, hubungan mesra yang luas yang diperlukan agar saling menyayangi dan menghargai. 

Yang penting bagi kita memang hasilnya. Bersabarlah menunggu hasil itu.

Ingatlah ketika Bapres kita mulai dari kemeja memilih motif unik. Kotak-kotak berwarna ungu. Kemeja putih berpadu celana dasar putih. Tidak pernah pakai jam. Semua itu beliau lakukan tentu ada sebab musababnya. Tapi justru keunikan beliau itulah yang membuatnya tenar dan terpilih.

Menurut saya diplomasi itu tidak harus diumbar. Diumbar artinya diperton-tonkan atau live. Harus pula disiarkan langsung percakapan diplomasi mereka seperti musyawarah di DPR MPR. Ketika terjadi perdebatan bahkan tonjok-tonjokan terumbar live di depan rakyat Indonesia.

Diplomasi adalah seni dan praktek bernegosiasi oleh seseorang (disebut diplomat) yang biasanya mewakili sebuah negara atau organisasi. Kata diplomasi sendiri biasanya langsung terkait dengan diplomasi internasional yang biasanya mengurus berbagai hal seperti budaya, ekonomi, dan perdagangan.

Itulah pengertian diplomasi.  Tuh, ada kata kunci ekonomi dan perdagangan.  Ada juga seninya. Ada kiatnya. Ketika inilah keunikan Bapres beliau tonjolkan karena beliau memang berpolitik unik. Maka beliau dalam berdiplomasi pun unik.

Hanya orang-orang yang sabar dan berhati lembut yang bisa memahami ketajaman dan kedasyatan diplomasi unik ini. Masih ingat diplomasi unik ala Bapres Joko Widodo?

1. Diplomasi sepeda bambu yang dilakukan Jokowi saat menerima kunjungan PM Australia.

Beliau mengajak dengan akrab dan berani berkeliling PM Australia, Anthony Albanese, ketika berada di Istana Bogor pada 6 Juni 2022. Kala itu, Bapres Jokowi menggunakan sepeda bambu dan mengajak Albanese berkeliling dengan riang.

Keduanya pun terlibat perbincangan hangat seperti dua sahabat di atas sepeda. Bapres Jokowi bahkan mempersilakan sahabat perdana menterinya, Albanese untuk membawa sepeda bambu tersebut ke Australia sebagai kenangan atau cendera mata unik dari Indonesia.

Hubungan persahabatan yang ditunjukkan kedua kepala negara ini tentunya menggambarkan pula bahwa hubungan antara Indonesia dan Australia mesra dan berkasih sayang. Diplomasi ini tak diumbar dalam dialog kaku. Tapi dialog unik dua sahabat yang alamiah di alam terbuka. 

Mereka layaknya dua sahabat yang sedang bernostalgia menyusuri jalan kenangan bersepeda. Setelahnya, barulah Bapres Jokowi dan Albanese kembali ke Istana Bogor untuk melakukan perbincangan hubungan bilateral.

2. Diplomasi Panda Cai Tao dan Hu Can

Lagi diplomasi unik yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh siapapun. Panda Cai Tao dan Hu Cun langsung didatangkan dan ditempatkan di Taman Safari. Kedatangan kedua hewan itu didampingi oleh Wakil Perdana Menteri China Liu Yandong, Menteri Perlindungan Lingkungan Zhou Shenxian, dan Menteri Kebudayaan Cai Wu. 

Dengan adanya diplomasi ini, maka diharapkan hubungan kerja sama antara Indonesia dan China semakin erat dan solid.

3. Diplomasi Batik Asli Karya Anak Bangsa

Diplomasi unik tapi nyeleneh ini terjadi saat Sidang Dewan Keamanan PBB yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri kita Retno Marsudi. Dalam laman resmi Kementerian Luar Negeri disebutkan bahwa pemilihan batik sebagai seragam atau dress code sidang adalah sebuah bentuk penghormatan Indonesia selaku pemegang Presidensi Dewan Keamanan PBB di bulan Mei 2019. 

Sementara itu, pemerintah Indonesia sendiri berharap penggunaan batik ini bisa menjadi jalan mempopulerkan batik yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (okezone.com)

Lalu diplomasi hari ini kita beri julukan diplomasi apa? Diplomasi gandum, diplomasi pupuk, atau diplomasi mie. Tak masalah asal legowo dan hasilnya lagi oke dan yes. 

Bahkan pada zaman dahulu kala para raja berdiplomasi dengan mengawinkan putri atau putra mereka dengan putri atau putra raja seberang. Tujuannya untuk perdamian, perdagangan, dan agama. Selain juga memperluas daerah kekuasaan.

Jika memang mie yang bisa kita gadangkan pada situasi ini tentu bukan masalah. Bukan hal yang memalukan. Diplomasi ke Nigeria pun Indomie. Ada kalanya ide besar itu muncul di situasi yang aneh atau biasa saja. Situasi percakapan keluarga. Situasi yang terjadi antara Bapres dengan Zelensky dan Putin bisa jadi lebih dari situasi keluarga dan sahabat.

Bisa jadi lebih mesra dari diplomasi sepeda, panda, dan batik. Bukan Bapres sendiri yang ke sana. Presiden Joko Widodo ke sana dengan rombongan. Artinya ada anak bangsa ini yang mendampingi.

Apalagi kita simak dari berita-berita liputan diplomasi ini, Putin memperlakukan Bapres dengan unik, manis,  dan berbeda. Sejatinya Putin pemimpin bersahaja pun Bapres kita.

Vladimir Putin di Istana Kremlin pada Kamis (30/06/2022) menerima Kunjungan Presiden Joko Widodo dengan mesra. Meski tak cipika-cipiki, keduanya terlihat akrab dan saling membuka diri. Begitu memukau tampilan mereka.

Semoga kunjungan yang  merupakan wujud amanat konstitusi Indonesia untuk berkontribusi bagi terciptanya perdamaian dunia ini ada hasilnya seperti diplomasi sepeda, panda, dan batik.

Diplomasi ini meski tak terlepas dari logistik (gandum-mie instan) tapi tersemunyi sirat bersedia damai antara Ukrania dan Rusia. Bisa jadi kedua negara itu akan terbangun dari mimpi bahwa negara ramah Indonesia butuh mereka. Bisa jadi Indonesia yang cantik ini yang akan meluluhkan keras batu karang itu.

Harapan keterbangunan dari mimpi ini bisa membuktikan bahwa diplomasi itu tak harus diumbar tapi cukup bisik-bisik dengan jawaban Yes aku terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun