Kompasiana.com - Diplomasi itu tak harus diumbar, inilah bahasan kita hari ini. Semoga kita mendapatkan yang terbaik.
Melihat Bapres Joko Widodo di dampingi Ibu Iriana tentu mengingatkan kita kepada Bapres Soeharto dan Ibu Tien.
Momen diplomasi Ukraina-Rusia ini pun mengingatkan kita bahwa di zaman Bapres Soeharto juga selalu ada kunjungan ke luar negeri untuk berdiplomasi.
Dalam masa Orde Baru, di bawah kepemimpinan beliau Indonesia tetap mendukung perjuangan bangsa Palestina sekaligus mengecam Israel sebagai entitas penjajah.Â
Namun, sedikit berbeda dengan rezim Sukarno, penguasa Orde Baru tidak langsung berkonfrontasi dengan Israel. Pilih damai dengan mediasi.
Menurut  M Muttaqien dalam artikelnya untuk jurnal Global and Strategies (2013), dikutip lagi dari Republika co.id. bahwa Presiden Soeharto lebih menyukai upaya-upaya mediasi untuk menyudahi konflik Palestina-Israel.Â
Di samping itu, Orde Baru diketahui lebih berpihak pada Barat, utamanya dalam soal ekonomi dan politik keamanan.
Demikian juga di era Bapres Joko Widodo. Beliau berdiplomasi dengan lentik bak seorang penari cantik yang memikat publik untuk melihat dan menunggu gerakan-gerakan beliau berikutnya. Semua menunggu dengan dada penuh dan sesak.
Banyak di antara publik yang tak sabar menunggu hasil yang akan dipanen dalam diplomasi ini. Sehingga bermunculanlah spekulasi-spekulasi sesuai kaca mata pribadi.
Spekulasi tidak salah asal jangan menyuburkan rasa negatif yang berlebihan. Toh, semua butuh proses. Ibarat menanam sebatang pohon cabai, kita butuh proses cabai ini bertumbuh dan menghasilkan kemudian panen.