Cerita di atas fakta. Dengan konteks pengalaman nyata hidup Andi. Lalu Andi dalam kesehariannya diperlakukan kurang baik oleh istri pamannya dan putra pamannya. Di sekolah wajah Andi sering tak terlihat bahagia oleh gurunya.
Lalu Andi dipanggil gurunya dan ditanya dengan strategi keguruan gurunya mengapa ia sedih. Namanya anak-anak ditanyai secara cerdik oleh guru tentu bercerita dengan lancar. Apalagi jika dipeluk bu guru sambil bertangis-tangisan. Pasti cerita makin lancar.
Dari cerita Andi, bu guru pun ingin menulis cerita pendek. Maka cerita tentang Andi dan kisah pilunya bisa dijadikan dasar cerita bu guru. Istilahnya sinopsis cerita.
Sebuah cerita baru menarik dan tuntas dihidangkan jika memenuhi kriteria diantaranya adalah:
1. Memiliki jumlah kata 5000-10.000 kata.
2. Memiliki proporsi penulisan yang  singkat
3. Isi cerita menggambarkan kehidupan sehari-hari.
4. Dalam cerpen yang dikisahkan hanyalah intinya saja.
5. Dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai pada tahap penyelesaiannya.
6.Pemilihan katanya sederhana
7.BersifatÂ
Untuk memenuhi konflik maka bu guru perlu berimajinasi. Konflik awal kisah Andi apa. Ayah bundanya meninggal. Agar cerita Andi konfliknya lebih keren maka bu guru menambahkan bahwa kecelakaan yang menimpa ayah bunda Andi karena si Paman membuat blong rem mobil si ayah.
Dengan adanya penambahan-penambahan ini agar cerita menarik diberilah bumbu imajinatif karena pengarang ibarat dalang. Ia yang menentukan bagaimana akhir sebuah cerita. Happy ending atau sad ending cerita ini.
Di sinilah anak-anak tak bisa menerima keberadaan cerpen karena ada penambahan kisah secara imajinatif. Sebenarnya fakta tetap bisa dipertahankan asal mampu menyajikan dengan kriteria di atas tambah diksi dan gaya bahasa.
Demikian pula pada puisi. Pengarang tentu menggunakan pengalaman hidup sebagai dasar cerita. Puisi dan cerpen sebetulnya refleksi kisah hidup yang hanya merefleksikan satu sisi kehidupan saja dari sekian ribu kisah hidup manusia.
Untuk mendapatkan ide tentu kisah nyata hidup manusialah satu-satunya sumber cerita karena objek cerita manusia. Karya sastra ini biasanya menggambarkan kejadian atau pengalaman seseorang, atau sejarah yang dibumbui dengan imajinasi dari penulis.
Di situlah letak dasar fakta pada karya fiksi maupun cerpen. Apalagi sejak munculnya metode pembelajan metode pendekatan kontekstual.
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.