Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Debat Siswa di Kelas antara Fakta dan Imajinatif dalam Sebuah Karya Fiksi

2 Juli 2022   07:06 Diperbarui: 2 Juli 2022   13:37 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Bobo.grid.id

Semangat pagi buat kita semua. 

Pagi ini kita bahas tentang antara Fakta dan imajinatif dalam sebuah karya fiksi.  

Mereka mendebat di kelas. "Dosa dong buk menulis cerita fiksi?" Tanya mereka menatap saya tajam hingga terasa kikuk.

"Kenapa dosa menulis cerita fiksi?" Jawab saya memancing.

" Kan dosa Buk, mengatakan sesuatu yang tidak benar. Misalnya, kita bilang  Paman si Andi yang mencelakai orang tua Andi. Padahal tidak." Jawab salah satu dari mereka sambil nyengir merasa saya akan kalah olehnya.

"Tak selamanya cerita dalam karya fiksi harus ada penambahan kasus sehingga harus bohong. Tak kita tambahpun dengan satu masalah baru yang direkayasa kisah itu juga boleh. Sah saja. Jika merasa itu suatu kebohongan tak usah masukkan. Ceritakan sesuai kisah sebenarnya juga boleh." Jawab saya membuat mereka diam sesaat.

Kenyataan inilah yang membuat sebagian siswa tak mau menulis karya fiksi, baik berupa cerpen, puisi, novel, dan naskah drama, film, dan sinetron.

Kita harus berpegang pada topik hiburan. Sebetulnya menulis fiksi hanya bersifat hiburan tak bisa kita kategorikan ke dalam karangan atau tulisan objektif, faktual, atau aktual apalagi obsevatif. Seperti laporan, berita, artikel, makalah, dan karya tulis ilmiah lain.

Dia hanya sebuah tulisan yang mengkolaborasikan antara fakta (konteks) dan mengubah fakta sesuai imajinasi pengarang. Fakta pada karya fiksi menjadi sumber cerita. Tanpa fakta apalah yang mau ditulis pengarang. He he he.

Misalnya si Andi anak pintar di sekolah. Ia yatim piatu pula karena ayah bundanya mengalami kecelakaan. Lalu pamannya yang merupakan abang ayah Andi memungut Andi di bawa tinggal bersama keluarga paman.

Cerita di atas fakta. Dengan konteks pengalaman nyata hidup Andi. Lalu Andi dalam kesehariannya diperlakukan kurang baik oleh istri pamannya dan putra pamannya. Di sekolah wajah Andi sering tak terlihat bahagia oleh gurunya.

Lalu Andi dipanggil gurunya dan ditanya dengan strategi keguruan gurunya mengapa ia sedih. Namanya anak-anak ditanyai secara cerdik oleh guru tentu bercerita dengan lancar. Apalagi jika dipeluk bu guru sambil bertangis-tangisan. Pasti cerita makin lancar.

Dari cerita Andi, bu guru pun ingin menulis cerita pendek. Maka cerita tentang Andi dan kisah pilunya bisa dijadikan dasar cerita bu guru. Istilahnya sinopsis cerita.

Sebuah cerita baru menarik dan tuntas dihidangkan jika memenuhi kriteria diantaranya adalah:
1. Memiliki jumlah kata 5000-10.000 kata.
2. Memiliki proporsi penulisan yang  singkat
3. Isi cerita menggambarkan kehidupan sehari-hari.
4. Dalam cerpen yang dikisahkan hanyalah intinya saja.
5. Dalam cerpen mengalami sebuah konflik sampai pada tahap penyelesaiannya.
6.Pemilihan katanya sederhana
7.Bersifat 

Untuk memenuhi konflik maka bu guru perlu berimajinasi. Konflik awal kisah Andi apa. Ayah bundanya meninggal. Agar cerita Andi konfliknya lebih keren maka bu guru menambahkan bahwa kecelakaan yang menimpa ayah bunda Andi karena si Paman membuat blong rem mobil si ayah.

Dengan adanya penambahan-penambahan ini agar cerita menarik diberilah bumbu imajinatif karena pengarang ibarat dalang. Ia yang menentukan bagaimana akhir sebuah cerita. Happy ending atau sad ending cerita ini.

Di sinilah anak-anak tak bisa menerima keberadaan cerpen karena ada penambahan kisah secara imajinatif. Sebenarnya fakta tetap bisa dipertahankan asal mampu menyajikan dengan kriteria di atas tambah diksi dan gaya bahasa.

Demikian pula pada puisi. Pengarang tentu menggunakan pengalaman hidup sebagai dasar cerita. Puisi dan cerpen sebetulnya refleksi kisah hidup yang hanya merefleksikan satu sisi kehidupan saja dari sekian ribu kisah hidup manusia.

Untuk mendapatkan ide tentu kisah nyata hidup manusialah satu-satunya sumber cerita karena objek cerita manusia. Karya sastra ini biasanya menggambarkan kejadian atau pengalaman seseorang, atau sejarah yang dibumbui dengan imajinasi dari penulis.

Di situlah letak dasar fakta pada karya fiksi maupun cerpen. Apalagi sejak munculnya metode pembelajan metode pendekatan kontekstual.

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Dalam hal ini siswa disuruh menuliskan pengalaman hidup meraka di dunia nyata lalu dikisahkan dalam bentuk cerpen dan puisi.. Sama seperti tahapan yang dilakukan bu guru si Andi.

Menuliskan Kisah Nyata

Menentukan Struktur Cerita

a. Pengenalan

b. Muncul Masalah

c. Masalah Memuncak

d. Masalah Menurun

e. Selesai

Menentukan Pembaca

Menentukan Sudut Pandang

a. Aku sebagai tokoh utama

b. Dia sebagai tokoh utama

sumber foto : tribunnews.com
sumber foto : tribunnews.com

Beberapa contoh film yang diangkat dari kisah nyata:

1. Ratapan Anak Tiri

Mengisahkan tentang kejamnya seorang ibu tiri kepada anak sambungnya. Tiap hari anak disiksa dan dipaksa bekerja tanpa diberi makan. Anak sambung tak pernah dihargai.

2. Beautiful Mind (2001)

Film ini bercerita tentang kejadian nyata yang dialami oleh seorang matematikawan dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) yang brilian bernama John Nash (Russell Crowe). Nash adalah bukti bahwa antara kejeniusan dan kegilaan sangat tipis bedanya.

3.  Catch Me If You Can (2002)

Catch Me If You Can berkisah tentang Frank W. Abagnale yang dipekerjakan sebagai dokter, pengacara, dan sebagai co-pilot untuk perusahaan maskapai besar - semuanya sebelum mencapai ulang tahunnya yang ke-21. (Tim CNN Indonesia)

Jadi, bisa kita tarik kesimpulan bahwa fakta merupakan dasar atau ide awal yang menginspirasi munculnya cerita fiksi baik genre novel, cerpen, puisi, dan naskah drama, naskah film, dan naskah sinetron.

Oleh karena itu perlu kelihaian pengarang dalam mengubah fakta menjadi narasi menarik berbentuk fiksi dari semua segi, baik masalah diksi, gaya bahasa, jenis, dan alur cerita komplit dengan konflik menariknya.

Antara fakta dan imajinasi dalam karya fiksi adalah setali, seperti dua sisi mata uang.

Salam literasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun