Mami paling nanti senyum lalu berkomentar, "Ke mana suamimu, Rin?"
Selalu itu saja yang ditanya mami. Tak pernah beliau kepo mengapa Rini kehujanan, basah, bawa koper. Beliau anteng aja. Seolah Rini datang tak berduka.
Ini ketiga kalinya Rini datang ke rumah mami. Selalu bersuasana basah. Hujan dan dua koper besar.
Kedatangan pertama suami Rini marah karena ia terlambat pulang dari Danau Maninjau. Guru-guru pergi berwisata ke sana usai mengadakan lokakarya.
Waktu itu rencananya hanya bermain di tepi danau. Tapi tiba-tiba salah seorang rekan Rini mendapat telepon bahwa rumah salah seorang anak kosnya terbakar. Anak itu sekolah di tempat mereka mengabdi.
Kepala pun berinisiatif untuk langsung meninjau ke lokasi.Â
Mereka pun berangkat. Sebetulnya Rini gelisah. Ingin pamit duluan pulang. Ia takut pulang terlambat. Wajah sinis suaminya pun menari-nari di pelupuk matanya. Wajah lembut tapi berucapan kasar. Telunjuknya kasar menunjuk-nunjuk kening Rini.
Oh Tuhan, bagaimana ini? Sebisanya Rini berwajah tenang. Ia pun berpikir dengan tenang. Namun, mobil tetap berjalan. Tanpa ia sadari mereka telah sampai di lokasi.
Terpampanglah separuh rumah berbahan kayu itu telah datar dengan tanah.
Tangis pilu anak-anak bersahutan. Seorang ibu muda seusia dengannya pun menangis. Di sampingnya nampak seorang lelaki terbujur kaku dengan tubuh hangus terbakar. Tubuh itu menghitam terpanggang si jago merah.
Di sudut lain dekat rumah berbahan tembok duduk pula seorang nenek sambil menghapus air matanya dengan ujung selendangnya. Pemandangan memilukan.
Warga tak begitu ramai di sini. Rumah penduduk hanya berkisar 20 rumah tanggaan di dekat lokasi. Sebagian berjarak pula dibatasi petak sawah.
Tiba-tiba Rini tak menyesali datang ke lokasi ini. Ia siap suami posesifnya marah. Secara naluri, ia pun mendekati si ibu muda dan temannya yang lain memangku anak-anak. Ada tiga anak beda usia itu.
Jika dilihat satu berumur delapan tahunan, satu lagi usia TK dilihat dari seragam yang ia pakai. Paling kecil dalam gendongan susi rekannya berusia 2 atau 3 tahunan.
Rini memeluk ibu muda itu. Ia rasakan pedihnya ditimpa musibah. Apalagi mendapati suami meregang nyawa sendiri.