Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Marsalapari Tradisi Bertani Dahulu di Kampung Alai Pasaman

28 Juni 2022   21:01 Diperbarui: 28 Juni 2022   21:25 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adapun Bapak-Bapak, mereka membajak sawah. Sebelumnya menajak namanya. Alat yang dipakai tajak bertangkai panjang. Bukan cangkul. Tajak ini diayunkan ke kanan cara memakainya. Sawah biasanya diairi sedikit saat proses menajak.

Pada saat proses ini kita sering dapat belut sswah, ikan timah, dan ikan mujahir. Lumayan untuk sambal malam.

Pada acara salapari ini biasanya para petani istirahat pukul 10.00-10.30. Makanan ciri khas disiapkan yang punya rumah bisa lepat pisang, ubi, atau lepat beras pulut.

Ibu paling senang bikin sanok pisang pakai nasi. Pisang dahulu murah dan mudah didapat.  Kemudian air teh yang airnya direbus memakai daun kopi. Bukan memakai teh. Orang sekarang bilang kawa daun. Adapun minum teh dan kopi itu dilakukan di kedai kopi. Di sawah tidak, cukup pakai air kawa daun diberi sedikit gula.

Bila bayangan kita sudah terinjak, tandanya sudah dzuhur. Matahari pas di atas kepala petani. Mereka pun segera membersihkan diri. Mengganti baju berlumpur dengan baju sholat. Baju berlumpur tak dicuci hanya dijemur di pematang sawah yang tinggi atau digantung di batang pote/petai cina.

Mereka pun shalat dzuhur lalu makan bersama berbekal nasi dan sambal bawaan masing-masing. Irit dan hemat sistem kerja mereka. Terkoordinir dengan baik.

Di sinilah saya tahu petai cina enak buat lalap bijinya maupun pucuknya yang muda. Rasanya mirip petai si warna hijau. Juga daun pepaya muda, cabai baik rawit maupun merah keriting. Sayur paku juga mereka lalap. Awalnya pahit atau pedas dan akhirnya manis di tenggorokan.

Mereka tidak terlalu memusingkan ikan, daging, ayam, atau telur. Pakai lalap saja mereka tetap semangat makan. Membuat kami anak-anak juga ikutan mencoba.

Usai makan dilanjutkan istirahat sejenak. Mereka pun ngaso dengan tembakau. Ibu-ibu makan sirih atau pinang. Pinang ini rasanya sepat kalau tak biasa memakan bisa rada mabuk atau fly. Tidak semua pinang enak dikulum. Pinang yang memiliki daging penuh, putih, dan besar inilah yang cocok dikulum-kulum seperti permen. 

Warna daging pinang merah biasanya kami jual per kilo kepada toke. Pinang dibelah dua, dijemur, lalu dicongkel. Nah biji keringnya itu yang dijual ke toke.

Kami anak-anak lebih suka memakan sirih. Warna merah sirih di mulut dan gigi membuat kami tertawa. Cara memakannya. Selembar daun sirih hijau tambah sekeping gambir, dan seujung kelingking soda lontong. Dilipat lalu dikunyah. Sensasinya pedas di lidah dan di dinding mulut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun