Saya pun lega setelah tahu ini. Berarti ibu bernostalgia sambil memotivasi kader Ibu. Harusnya protokoler acara kasih handset kepada kader agar Ibu bisa berbisik saja menyampaikan ini.
Semoga kita saling memaafkan yo Mas. Begitulah Ibu sangat protektif jika sudah menyangkut anak gadisnya. Kasih ibu sepanjang masa.
Pikun sebenarnya pasti akan kita semua alami. Hanya saja ada yang cepat pikun dan ada yang lambat. Tergantung keadaan kekuatan fisik dan mental seseorang. Latar belakang hidup susah dan senang juga sangat berkontribusi untuk seseorang cepat pikun atau tidak. Pikun disebabkan menurunnya kemampuan berpikir secara drastis, akibat menurunnya fungsi jaringan otak.
Gejala pikun biasanya meningkat seiring pertumbuhan usia. Akan tetapi perlu diketahui, pikun bukan merupakan gejala normal dari proses penuaan. Tapi gejala jarangnya pikiran diajak untuk berpikir. Kurang mengajak pikiran untuk berolah raga dan mengingat.
Pikun sebenarnya bisa menimpa yang muda maupun tua. Hanya saja usia 60-an ke ataslah yang lebih sering terkena pikun. Jika di usia muda pikun menyinggahi seseorang mungkin saja dia menderita suatu penyakit berhubungan dengan daya ingat.
Sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi, lupa janji, lupa tempat parkir, bahkan senang menceritakan sebuah cerita berulang-ulang. Kadang kita ingin protes tapi takut ia tersinggung. Di dengar kita bosan dan mengantuk mendengar cerita yang diulang berulang-ulang.
Sebenarnya pemicu awal pikun bisa karena kebiasaan kita sendiri, misalnya kita suka cueks ketika mengingat satu hal. Sikap tak peduli ini menjadi sebuah kebiasaan hingga melekat pada diri kita dan menjadi ciri kita.
Agar tidak pikun maka kita perlu:
Pertama, biasakan mencatat apa-apa saja yang tiba-tiba melintas pada pikiran kita.
Kedua, tetaplah wajar dengan diri dan sekeliling kita bahwa semua aman saja karena Anda sudah punya catatan.
Ketiga, periksa catatan kecil itu secaraberkala apakah ada kemanfaatan catatan itu sekaligus untuk action jika memang ada yang terlupa.