Mohon tunggu...
RIANA PANGESTUTI
RIANA PANGESTUTI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

wallahua'lam bishshawaab

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Healing Peserta Didik melalui Komunikasi Terapeutik

6 Januari 2025   10:15 Diperbarui: 6 Januari 2025   10:22 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar proses konseling (Sumber: Canva/Sketchify)

Gambar proses konseling (Sumber: Canva/Sketchify)
Gambar proses konseling (Sumber: Canva/Sketchify)

Proses komunikasi terapeutik melibatkan beberapa tahap penting untuk memastikan interaksi yang efektif antara guru (konselor) dan peserta didik SD (konseli). Dilansir dari buku Keterampilan Komunikasi Konseling (2017), berikut adalah tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam komunikasi terapeutik:

  1. Pembukaan

Tahap ini melibatkan perkenalan dan membangun hubungan awal antara konselor dengan konseli. Guru harus menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi peserta didik untuk berbicara. Misalnya, guru bisa memulai dengan sapaan hangat atau berbagi cerita ringan untuk mencairkan suasana.

  1. Pengumpulan Data

Pada tahap ini, guru mengumpulkan informasi tentang kondisi peserta didik melalui pertanyaan terbuka dan mendengarkan aktif. Guru dapat menanyakan, "Apa yang membuatmu terlihat sedih akhir-akhir ini?" atau "Bisakah kamu ceritakan apa yang kamu rasakan saat belajar?" Dengan pendekatan ini, peserta didik merasa didengar tanpa tekanan.

  1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, guru mengidentifikasi masalah utama yang dihadapi peserta didik, seperti masalah fisik, emosional, atau psikologis. Misalnya, seorang siswa mungkin merasa kesulitan karena tekanan dari orang tua untuk mendapatkan nilai tinggi.

  1. Intervensi

Tahap ini melibatkan pemberian dukungan, edukasi, dan intervensi yang diperlukan untuk membantu peserta didik mengatasi masalah mereka. Guru dapat memberikan informasi yang relevan atau mendorong anak untuk mencoba pendekatan berbeda dalam belajar. Contohnya, memberikan teknik membaca yang lebih mudah atau mendampingi mereka saat menyelesaikan tugas.

  1. Evaluasi

Setelah intervensi dilakukan, guru mengevaluasi efektivitasnya dan melihat perkembangan dalam kondisi peserta didik. Jika diperlukan, rencana komunikasi dapat disesuaikan. Guru dapat menanyakan, "Apakah cara ini membantu kamu merasa lebih baik?" atau "Apa yang masih membuatmu merasa khawatir?"

  1. Penutupan

Tahap terakhir melibatkan penutupan sesi komunikasi dengan cara yang positif dan mendukung. Guru memastikan peserta didik merasa didengar dan dipahami. Penutupan yang baik dapat meningkatkan kepercayaan diri anak untuk menghadapi tantangan berikutnya.

Studi Kasus: Komunikasi Terapeutik dalam Praktik

Riani adalah seorang siswa kelas 4 SD, ia anak yang ceria dan berperan aktif dalam pembelajaran di kelas. Namun, akhir-akhir ini sering terlihat murung dan sulit berkonsentrasi di kelas. Ibu Ani, guru kelasnya, mulai menyadari perubahan sikap tersebut. Suatu pagi, Ibu Maya menghampiri dan mendekati Riani dengan memulai percakapan dengan sapaan hangat. "Riani, gimana kegiatan weekend mu? Main kemana saja?" tanya Ibu Maya dengan nada ramah. Ibu Maya memastikan suasana tetap nyaman, sehingga Riani merasa aman untuk berbicara.

Setelah Ibu Maya berbincang-bincang dengan Riani dan suasana mulai terasa lebih santai, Ibu Maya mulai bertanya lebih mendalam mengenai perubahan sikap Riani. "Akhir-akhir ini Ibu lihat kamu sering melamun, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?". Riani awalnya diam, tetapi perlahan ia mulai bercerita bahwa ia merasa sedih karena orang tuanya baru saja bercerai dan bingung menghadapi perubahan situasi di rumah, terutama harus tinggal terpisah dari ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun