Rasanya sudah nggak asing lagi ya, dengar orang Indonesia kalo misuh atau kesel pasti secara sadar nggak sadar suka nge-absenin nama-nama binatang di ragunan.
Eittss, tentu nggak semuanya. Kalo semuanya disebutin, capek dongg.
Kamu juga pasti tahu nama-nama hewan yang seringkali kita dengar sebagai umpatan-umpatan kekesalan, atau kemarahan, seperti halnya anjing, monyet, babi, buaya, bajing.
Nah kan, kamu absen satu-satu..
Kayaknya nih ya, kalo mereka bisa berbahasa manusia, pasti mereka bakal komplain dan bikin komunitas hewan yang terdzolimi oleh manusia. Alias diingatnya pas lagi kesel, emosi aja. Hiks.
Kenapa nggak hewan ayam, burung, harimau, kelinci, kingkong, jerapah, atau sejenis lainnya?
Siapa sih yang bikin hewan-hewan ini jadi masuk dalam daftar hewan yang cocok dijadiin umpatan sama yang nggak cocok dijadiin umpatan. Mereka ini cara nyeleksi hewannya gimana? wkwk
Misalnya, anjing. Kita tahu kalo anjing bisa jadi sahabat manusia, bahkan bisa melindungi kita.
Hanya saja, hewan anjing ini malah merujuk pada jenis manusia yang menyebalkan dan bikin naik darah. Hewan anjing sendiri tergolong umpatan yang sangat kasar.
Lalu, ada monyet. Entah siapa yang pertama kali bikin umpatan pake nama hewan monyet. Mungkin karena hewan ini memiliki anatomi tubuh dan DNA sebesar 96 persen yang mirip dengan manusia, seperti unsur otak, emosional, dan kecerdasannya.
Namun, punya wajah yang standar banget, malah terbilang jelek kalau dibandingkan sama manusia.
Terus ada juga babi, buaya, dan bajing yang juga tergolong hewan terdzolimi dan punya citra yang jelek gara-gara manusia.
Nah, tahu nggak sih ternyata bukan tanpa alasan lho. Di balik ini semua, ada cerita dan kisahnya yang menarik banget buat disimak.
Sebenarnya, awal mula umpatan pakai kata anjing, ada sejarahnya lho.
Di zaman dulu, Sultan Agung yang menjabat sebagai Raja Mataram disamakan dengan seekor anjing yang pernah mengotori Masjid Jepara oleh Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC).
Selain itu, orang di zaman dulu juga sering menyamakan pribumi dengan seekor anjing, termasuk presiden pertama kita, Soekarno yang dianggap sebagai anjing peliharaan Jepang.
Menilik hal tersebut, umpatan anjing sebenarnya sudah dipakai sejak dulu.
Hal ini mungkin karena anjing dianggap sebagai hewan agresif yang gonggongannya keras, dan menakutkan.
Kalau menggonggong, Ia memperlihatkan wajah yang seram dengan juluran lidah yang bisa dengan sigap menyerang lawannya.
Meski nggak semuanya— karena ada juga anjing yang lucu dan menggemaskan— tapi tetap saja umpatan anjing jadi umpatan yang paling kasar sepanjang sejarah.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa umpatan-umpatan menggunakan nama hewan ini sudah melekat, dan menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang kita. Beberapa orang merasa keren saat mengekspresikan kekesalannya pakai nama binatang, pun dengan beberapa lainnya yang ikut-ikutan saja karena sering mendengar dan mencontoh kawan dan orang-orang di sekitarnya.
Ini sebenarnya kebiasaan buruk. Tentu kodrat manusia dengan binatang diciptakan dengan derajat, tingkatan, keunikan, dan perbedaannya sendiri, baik dalam segi kepintaran, budi pekerti, akhlak, maupun kemampuan berpikir.
Dalam agama sendiri (asikk, bawa-bawa agama dikit nih), memaki atau menghina pake nama binatang itu dilarang dan hukumnya haram, bro haram.
Tentunya di agama manapun, pasti mengajarkan untuk berkata dan berbicara hal-hal baik saja.
Duhh, apalagi miris deh kalo hal yang dianggap biasa di zaman sekarang ini malah dijadikan contoh sama anak-anak kita.
Belajarlah untuk menghargai sesama manusia.
Mengubah kebiasaan buruk bisa dimulai dari diri sendiri. So, mari belajar bertutur kata halus atau lebih baik diam. Karena di zaman sekarang, orang yang keren itu adalah orang yang nggak ngomong kasar.
Mending kalo kamu lagi kesel, tarik nafas, simpan energi untuk hal baik supaya bisa berpikir jernih. Misuh boleh, ngeluh boleh, nangis juga boleh. Atau kalo mau teriak, teriak ajaa “aaaaak” gituu.
Soalnya ngeri kalau pas kamu absen daftar nama hewan yang terdzolimi di atas, mereka ngerti terus langsung datangin kamu. Karna shock, yang ada lari dan malah dikejar. Kan ribet urusannya wkwkwk
Pokoknya kalau kamu lagi kesal, marah, atau bertengkar jangan bawa-bawa mereka yaa.
Kan kasian para binatang itu disamain sama kita, eh.. bentar-bentar kebalik, ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H