Dengan kedalaman 1,5 kilometer di dalam bumi Bukit Menoreh dan memiliki dua cabang jalan (area) yang ada didalamnya, gua ini menawarkan pemandangan alam yang sungguh menakjubkan.
Kami menyusur Gua Kiskendo ditemani bapak Slamet, salah seorang sesepuh yang ikut melestarikan warisan sejarah dari obyek wisata alam ini.Â
Saat berada di gapura depan pintu masuk gua, tampaklah anak tangga yang semakin turun ke bawah dan hampir tak ada cahaya didalamnya. Jangan khawatir, peserta dibekali helm dan headlamp sebagai bekal untuk "berpetualang".
Setelah berdoa bersama, kami diberi aba-aba oleh bapak Slamet untuk masuk ke dalam gua, tentunya wajib berhati-hati. Semakin ke dalam, saya merasakan udara yang semakin dingin dengan kondisi tanah lumpur basah.Â
Jika tak berhati-hati, bisa jadi kami terpeleset di beberapa titiknya walaupun di jalur penelusuran telah dialasi beton.
Sebagian area gua ini dipercaya sebagai tempat pertapaan orang-orang di masa lalu. Beberapa situs pertapaan tersebut adalah pertapaan Santri Tani, Semelong, Lumbung Kampek, Tledek, Kusuman, Seterbang, Sekandang, Padasan dan Selumbung.
Saat rombongan sampai di sebuah sudut gua yang lumayan luas, pak Slamet kembali mengajak kami untuk melantunkan doa pribadi. Menurut cerita, dulunya sih banyak yang terkabul saat doa di tempat ini.
Perjalanan yang kami lalui tidaklah mulus, karena tak hanya sekali kami harus berjalan dalam kondisi jongkok bahkan merayap untuk melanjutkan penyusuran. Walau capek tapi petualangan seperti ini sangat jarang saya lakukan sehingga terasa mengasyikkan.