Perjalanan dengan KRL diprediksi lebih singkat waktu tempuhnya dibanding Prameks. Dan kabar baiknya, KRL akan berhenti di setiap stasiun yang dilewati.Â
Ini berarti bahwa reaktivasi beberapa stasiun yang selama ini tampak 'senyap' akan terealisasi. Misalnya saja Stasiun Kalasan yang akan kembali hidup. Tentu hal ini membuat warga lokal senang.Â
Selain menyampaikan perihal reaktivasi stasiun, Kepala Daop VI PT. KAI Yogyakarta, Asdo Artriviyanto di acara sama juga menjelaskan tentang sarana parkir yang akan difasilitasi sebaik mungkin. Ya, ini dikarenakan minat masyarakat untuk menggunakan jasa transportasi kereta api lumayan tinggi.
2. Pembangunan Sarana & PrasaranaÂ
Proses pembangunan KRL Jogja-Solo dikerjakan sebaik mungkin dari waktu ke waktu. Awal tahun 2020, di sepanjang jalur rel telah dipasang tiang-tiang pancang untuk jaringan Listrik Aliran Atas (LAA), dimana ini bekerjasama dengan PLN (Perusahaan Listrik Negara).
Selain mempersiapkan gerbong, KRL Jogja-Solo saat awal pengoperasian direncanakan akan melayani 13 kali perjalanan setiap harinya, atau jika dihitung proses Pulang Pergi adalah sebanyak 26 kali. Oh ya, karena tak menggunakan bahan bakar minyak, KRL dinilai lebih ramah lingkungan.
3. E-TicketingÂ
KCI memastikan bahwa kereta yang memiliki suara lebih halus ini bakal berbeda dengan Prameks perihal model tiketnya. Jika tiket Prameks berbentuk lembaran kertas mini, maka untuk KRL akan difasilitasi dalam wujud kartu (e-ticketing) yang dikeluarkan oleh KCI maupun yang diterbitkan oleh bank rekanan.
Bagaimana cara top up kartunya? Mudah saja, silakan memanfaatkan layanan online, seperti KAI Access, Mobile Banking dsb. Nah, aman dan praktis kan?
***