Hasil jarahan ini tentu saja mereka gotong ke London. Demikianlah peristiwa "Geger Sapehi" terjadi.
Nasib Naskah Keraton Kini Setelah 200 tahun Berlalu
Ceritanya sungguh menyedihkan ya. Kebayang gak situasi Keraton Yogyakarta saat itu? Pastinya kacau, di setiap sudut tampak korban manusia berjatuhan juga kondisi setiap ruang yang porak poranda.Â
Padahal Keraton sendiri tak pernah berhenti memproduksi ilmu pengetahuan dan dijadikan sebagai sentra kebudayaan pada zaman itu.
Setelah lebih dari 200 tahun "Geger Sapehi" terjadi, naskah-naskah itu akhirnya kembali ke tangan Keraton Yogyakarta dalam wujud digital. Sedangkan naskah aslinya masih tersimpan cantik di Inggris.Â
Dilansir dari Kraton Jogja, Tepat 7 Maret 2019 ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Kepala Perpustakaan Nasional RI (Muhammad Syarif Bando), dan Kepala DPAD DIY (Monika N. Lastiyani) menerima secara simbolis 75 naskah digital oleh Moazzam Malik yang tak lain adalah duta Besar Inggris untuk Indonesia, sekaligus peneliti sejarah Jawa Dr Peter Carey .
Ada banyak naskah yang akhirnya kembali, diantaranya cathetan warni-warni dari perpustakaan keraton, Kapustakan KHP Widyabudaya, babad, serat. Sementara dari koleksi Kapustakan KHP Kridhamardawa ada cathetan gendhing, teks-teks bedhaya, srimpi.
Banyak naskah yang menarik bagi saya pribadi dan hampir semuanya menggunakan aksara Jawa. Hihihi... Saya sih orang Jawa, tapi sayangnya mendadak pusing jika disuruh baca tulisan Jawa. Maklum, kaum milenial.. Hahaha...
Naskah-Naskah Keraton yang Unik dan Bernilai Sejarah
Koleksi naskah-naskah yang dipamerkan dalam wujud fisik juga tak kalah menarik. Dari penampilannya, naskah-naskah ini memang tampak masih bagus dengan goresan tinta yang masih memiliki tingkat keterbacaan baik, walaupun beberapa ada yang memudar.Â