Banyak canda yang ia lemparkan saat berkomunikasi dengan peserta. Tak khayal, peserta pun dibuat terbahak setiap ia curhat tentang pengalaman hidup.
"Puisi saya justru sering dijual dalam tanda petik oleh banyak orang. Mereka yang dapat duitnya, saya dapat keringatnya...", ungkap Jokpin dengan wajah memelas. Sontak peserta tertawa mendengar pengakuannya ini.
Ya, peluang bisnis industri sastra memang sedang populer di kalangan masyarakat. Ia mengatakan, seorang kawan penyair membuka jasa rangkai kata dengan bayaran Rp. 400.000,- per quote.Â
Banyak orang memesan ini untuk berbagai kebutuhan, di antaranya sebagai ucapan romantis ultah sang pacar, quote nikahan dan sebagainya. Alhasil, bisnis ini laris manis dengan omset per bulan puluhan juta.
Tak hanya itu, kutipan puisinya dan penyair lain pun sering menjadi materi "jualan" beberapa pihak di media digital demi meraup keuntungan. Kecewa pasti ada, namun ia tak ambil pusing dengan itu, selama namanya diikutkan dibawah kutipan.
Nah, bisnis ini benar-benar menjanjikan ya ternyata?
Puisi itu harus Mengandung Nilai Rasa
Sebagai sastrawan asli Jawa, ia suka menyematkan kata-kata yang bermakna "dalam" pada puisinya, sebagai bubuhan nilai rasa katanya. Sebagai contoh, kutipan salah satu puisinya berjudul "M" berikut ini:
"Cangkemmu adalah surgaku," kata harimau.Â
Dan kata guru bahasamu, di dalam kata asem ada asu yang telah ditangkal tangan yang kalem.
Jokpin menuturkan, ia lebih suka menggunakan kata "cangkem" (dalam bahasa Jawa yang artinya mulut) daripada kata "mulut". Alasannya, kata "cangkem" memiliki nilai rasa yang lebih kuat, lebih menuju sasaran dan tak memiliki makna ganda.
Tak heran ya jika puisi dari pria yang mulai menelan suksesnya di tahun 37 ini sering disebut nyentrik dan memiliki pesan hidup yang kuat.