***
Cerita ini memberikan benang merah yang begitu menarik, yaiu begitu besar peran kaum Polowijan untuk membangun peradaban masyarakat di Nusantara dari waktu ke waktu.Â
Bahkan Raja Amangkurat 3, alias Amangkuran Kencet (disebut ini karena hanya memiliki satu kaki) juga sukses menjabat sebagai Raja. Mana ada istilah harus ‘Sehat Jasmani dan Rohani’, yang ada di zaman dahulu para pemangku jabatan dipilih karena kapabilitas atau kemampuannya, bukan melulu fisik.
Di Indonesia sendiri, kini perhatian kepada kaum Polowijan berkurang. Bukankah alangkah baiknya jika kita bisa melestarikan tradisi raja-raja zaman dulu untuk memberdayakan ‘mereka’ melalui kegiatan-kegiatan positif.
Sebaiknya, jangan menyebut mereka dengan istilah ‘kekurangan’, namun gantilah dengan ‘kelebihan’, karena apa yang mereka bisa, belum tentu bisa kita lakukan.
Yuk kembali ke Bhinekka Tunggal Ika :)
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H