Kembali lagi ke kompetisi. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa harus dikolaborasikan dengan bahan impor? Bahan impor, seperti polong, kismis atau kentang bukankah selalu lebih mahal? Ya, dari segi harga yang tertera memang tampak lebih mahal namun dari segi efektivitas dan efisiensi, bahan impor bisa jadi pemenangnya. Coba bayangkan, ada kalanya saat butuh kentang lokal sebesar 1 kg, ini bisa digantikan hanya dengan menyediakan 0,5 kg kentang impor. Kenapa? Karena kentang impor biasanya lebih stabil, kadar airnya pas dan juga bisa tumbuh di berbagai musim. Itu satu contoh kecilnya.
Kompetisi ini diikuti oleh puluhan peserta dari tiga kota besar di Indonesia. Dari masing-masing kota, diadakan babak penyisihan hingga per kota tersisa 4 peserta dan berkesempatan untuk berjuang ke babak final di Jakarta. Dalam kompetisi ini, dipastikan tidak ada yang namanya manipulasi atau kecurangan peserta karena saat mereka terpilih sebagai 12 besar, mereka wajib mendemonstrasikan proses pengolahan produk jagoan masing-masing secara live di depan juri dalam waktu 8 jam.
Dari 12 peserta, dipilihlah satu peserta sebagai pemenangnya, dan 'BODJO' adalah peserta yang beruntung. BODJO digarap oleh sepasang suami istri yang berdomisili di Jogja. Mereka memproduksi cakeyang merupakan kombinasi bahan pisang dan coklat, lalu sukses menerima tantangan juri untuk dikolaborasikan dengan produk U.S. Ingredients, yaitu kentang, kismis dan kacang-kacangan. Bagaimana taste-nya? Luar biasa.
Dalam proses penilaiannya sendiri, juri memegang empat komponen utama sebagai dasarnya. Pertama, aspek originalitas, yaitu apakah tiga produk import tersebut dimanfaatkan semua ataukah tidak. Kedua, legalitas, sudahkah produknya memiliki nomor yang terdaftar di Dinkes. Ketiga, rasa dan bentuk makanan, apakah bahan impor ini cocok dikolaborasikan dengan jenis makanan yang diolah. Dan yang terakhir dari segi packaging, apakah variasi warna dan bentuk sesuai dengan produk yang dijual.
Kegiatan edukatif ini terbukti memberikan pengalaman baru bagi para peserta. Sekalipun hanya dipilih satu pemenang utama, para peserta justru tampak guyub dan saling supportuntuk pengembangan produk masing-masing. Nah, tujuan dari diadakannya kompetisi ini adalah:
- Memberikan edukasi tentang bisnis olahan makanan Indonesia kepada para pengusaha pemula atau pelaku UMKM, terutama menstimulus rasa percaya diri peserta saat memulai bisnis. Selain itu, kompetisi ini juga memberi wadah untuk belajar bisnis bakery bersama, mulai dari teknik pengolahan, cara penyajiannya hingga cara menjualnya.
- Mempertahankan kualitas sebuah produk oleh-oleh yang khas. Di zaman sekarang, daya beli masyarakat untuk produk makanan memang meningkat. Terbukti dari banyaknya selebriti yang memanfaatkan moment ini dengan membuka bisnis kue. Packing dan harga memang bagus, namun apakah rasanya selalu sesuai ekspektasi? Nah, event in sekaligus mengedukasi peserta untuk bisa mengolah makanan namun tetap memperhatkan kualitas rasa. Karena 'rasa' akan membuat masyarakat ketagihan dan membuatnya ingin beli dan beli lagi.
Satu pesan bagus nih. Jangan bangga saat membawa oleh-oleh coklat dari Eropa karena kebun cocoanya kan ada di Indonesia.. hihihi.., namun banggalah saat produk Anda ditenteng oleh bule-bule yang sedang liburan di Indonesia untuk dibawa ke negara mereka... karena itu artinya kita sukses berkarya :D Â
Riana Dewie