Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Wolbachia, Pengendali Alami DBD yang Lahirkan "Nyamuk Baik"

16 November 2017   23:54 Diperbarui: 17 November 2017   01:06 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penampakan telur nyamuk Aedes Aegypti (Dokumentasi Pribadi)
Penampakan telur nyamuk Aedes Aegypti (Dokumentasi Pribadi)
Saat melangkah ke ruangan pengembangbiakan nyamuk baik ini, saya melihat banyak kain strip berwarna oranye sebagai tempat bertelur nyamuk Aedes Aegypti. Perkembangan fase telur -- larva -- pupa  membutuhkan waktu sekitar 7 hari. Lebih dari itu, mereka sudah disebut sebagai nyamuk dewasa.

Salah satu tim EDP-Jogja sedang memberi makan nyamuk dengan darahnya (Dokumentasi Pribadi)
Salah satu tim EDP-Jogja sedang memberi makan nyamuk dengan darahnya (Dokumentasi Pribadi)
Nyamuk-nyamuk itu dikembangkan dalam kandang koloni masing-masing dalam balutan kain strimin. Saat nyamuk berumur 5-7 hari, para relawan memberi makan nyamuk dengan meletakkan tangan mereka di atas kotak kandang yang rata-rata berisi 300 pasang nyamuk. Tentu saja, nyamuk-nyamuk ini sudah terbebas dari virus berbahaya. Lucunya, hanya nyamuk betina yang makan darah manusia karena untuk mematangkan sel telur. Sedangkan sebagai sumber energi, nyamuk jantan maupun betina makan larutan gula yang diletakkan didalamnya.

Setelah terjadi proses perkawinan diantara mereka, nyamuk betina akan menetaskan telur. Telur-telur ini pada waktu yang ditentukan akan dipanen, lalu masing-masing dipisahkan dalam kotak kecil bening. Bersama perlengkapan lainnya, nyamuk-nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia ini untuk diterjunkan ke 'medan perang'.   

Nyamuk Aedes Aegypti dewasa (Dokumentasi Pribadi)
Nyamuk Aedes Aegypti dewasa (Dokumentasi Pribadi)
2. Pelepasan Telur ke Rumah-rumah Warga

Tim EDP-Jogja melakukan survei ke 447 titik lokasi yang ada di Jogja dan sekitarnya. Proses 'kulo nuwun' (meminta izin) kepada masyarakat di lokasi terpilih (responden) untuk penelitian ini juga dilakukan oleh tim dan para relawan demi melancarkan penelitian ini. Ember-ember kecil tampak diletakkan di salah satu sudut luar rumah yang dirasa cukup aman. Ada pula perangkap nyamuk (BG Trap dan Ovitrap) yang diletakkan di dalam rumah warga untuk kebutuhan pemantauan. 

Nah, disinilah inti dari semua aktivitas penelitian EDP-Jogja. Nyamuk-nyamuk ber-Wolbachia yang terbang ke alam bebas diharapkan dapat melakukan perkawinan dengan nyamuk-nyamuk lokal yang mengandung virus Dengue hingga akhirnya mereka menghasilkan anak yang ber-Wolbachia juga. Cara ini cukup efektif untuk menekan laju perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit mematikan, termasuk DBD.

Proses pelepasan nyamuk di rumah warga ini membutuhkan waktu sekitar 2 minggu hingga akhirnya hasilnya akan diambil lagi oleh tim untuk penelitian lanjutan. 

3. Proses Identifikasi Wolbachia

Setelah sampel masuk ke BG Trap dan Ovitrap, proses identifikasi dilakukan secara berkesinambungan. Perekaman data, uji tapis kandungan Wolbachia pada nyamuk sampel, analisis laporan hasil uji tapis lalu diakhiri dengan proses identifikasi peta dan frekuensi Nyamuk Aedes Aegypti yang ber-Wolbachia adalah rentetan aksi panjang dari tim EDP-Jogja.  

Proses Identifikasi Nyamuk Ber-Wolbachia (Dokumentasi Pribadi)
Proses Identifikasi Nyamuk Ber-Wolbachia (Dokumentasi Pribadi)
Penampakan nyamuk dari mikroskop (Dokumentasi Pribadi)
Penampakan nyamuk dari mikroskop (Dokumentasi Pribadi)
***

Lembaga ini telah merekrut 80 staf untuk bisa bekerjasama sesuai bidang masing-masing. Saya pribadi sangat antusias untuk menyaksikan hasil akhir dari penelitian panjang ini. Setidaknya, sebagai orang Jogja saya merasa menjadi bagian yang kelak akan mengenyam manfaat dari hasil yang mereka dapatkan. Anda pun pasti merindukan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun