Nyamuk adalah 'musuh dalam selimut' yang sebenarnya. Seberapa hebat kita bergerak untuk mengusirnya, nyamuk akan tetap bisa bertengger di tubuh manusia. Fokusnya satu, makan darah kita sampai kenyang. Setelah itu, ia akan beranak-pinak dan begitu seterusnya hingga populasinya meledak di sekitar kita tinggal. Hal ini berisiko besar terhadap kesehatan karena ia berpotensi meninggalkan virus berbahaya penyebab penyakit. Zika maupun Demam Berdarah adalah dua contoh virus yang ditularkan oleh nyamuk. Jahat banget ya? Jangan khawatir, kini ada 'penyelamat' yang akan mengubah nyamuk-nyamuk di rumah kita menjadi 'nyamuk baik'.
Nyamuk baik? Ya, ini memang sedikit terdengar menggelitik. Nyamuk itu kan identik dengan binatang yang jahat dan menyebalkan karena dapat mendatangkan berbagai penyakit berbahaya. Aedes Aegypti misalnya, ia adalah pemeran utama penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Perlu digarisbawahi, Deman Dengue dan Demam Berdarah itu beda. Deman Dengue adalah kondisi dimana seseorang memiliki suhu tubuh sangat tinggi disertai pusing, nyerti otot, sendi maupun tulang. Sedang Demam Berdarah adalah demam dengue yang memburuk karena penderita akan mengalami muntah-muntah darah, pendarahan gusi dan hidung, pembengkakan organ hati serta kondisi lemah lainnya. Â
Wolbachia Menekan Wabah Penyakit DBD
Itulah kabar tak menyenangkan dari keberadaan nyamuk di sekitar lingkungan hidup kita. Tapi sekarang ada kabar baiknya juga loh tentang nyamuk-nyamuk yang selama ini dianggap merugikan tersebut. Telah dikembangkan sebuah metode ilmiah untuk mengurangi penyebaran virus dengue dalam tubuh nyamuk, yaitu dengan memanfaatkan Wolbachia. Wolbachia adalah bakteri alami di dalam sel tubuh serangga yang mampu menekan replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui telur, virus ini dapat kita temukan di beberapa serangga, seperti lalat buah, capung, ngengat, kumbang serta nyamuk-nyamuk yang ada di sekitar kita, kecuali pada nyamuk Aedes Aegypti.
Tentu saja pengembangan teknologi Wolbachia tak hanya melibatkan tim yang tergabung dalam proyek ini, namun peran masyarakat sangat dibutuhkan demi mewujudkan kondisi lingkungan yang lebih sehat.
Proses Perkembangbiakan Nyamuk hingga dilepas ke Alam Bebas
Modal utama untuk menjalankan proyek ilmiah ini adalah stok nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia dalam jumlah yang banyak. Melewati beberapa tahap penelitian, tim yang menangani proyek ini tampak kompak untuk memberikan edukasi serta kabar baik kepada masyarakat. Siapa sih mereka?
Beruntunglah saya dapat menyambangi laboratorium EDP-Jogja ini untuk melihat langsung proses pengembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia yang pada akhirnya akan dilepas ke tempat pemukiman masyarakat secara bebas. Melewati banyak proses yang unik, tim yang tergabung mengaku mengenyam banyak kisah, satu yang unik adalah bersahabat dengan nyamuk hingga harus rela mendonorkan darahnya sebagai makanan nyamuk. What? :D
Agar lebih memahami proses kerja tim EDP-Jogja, berikut bocoran beberapa langkah yang mereka lakukan untuk memberantas nyamuk jahat di lingkungan kita:
1. Beternak Nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia
Setelah terjadi proses perkawinan diantara mereka, nyamuk betina akan menetaskan telur. Telur-telur ini pada waktu yang ditentukan akan dipanen, lalu masing-masing dipisahkan dalam kotak kecil bening. Bersama perlengkapan lainnya, nyamuk-nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia ini untuk diterjunkan ke 'medan perang'. Â Â
Tim EDP-Jogja melakukan survei ke 447 titik lokasi yang ada di Jogja dan sekitarnya. Proses 'kulo nuwun' (meminta izin) kepada masyarakat di lokasi terpilih (responden) untuk penelitian ini juga dilakukan oleh tim dan para relawan demi melancarkan penelitian ini. Ember-ember kecil tampak diletakkan di salah satu sudut luar rumah yang dirasa cukup aman. Ada pula perangkap nyamuk (BG Trap dan Ovitrap) yang diletakkan di dalam rumah warga untuk kebutuhan pemantauan.Â
Nah, disinilah inti dari semua aktivitas penelitian EDP-Jogja. Nyamuk-nyamuk ber-Wolbachia yang terbang ke alam bebas diharapkan dapat melakukan perkawinan dengan nyamuk-nyamuk lokal yang mengandung virus Dengue hingga akhirnya mereka menghasilkan anak yang ber-Wolbachia juga. Cara ini cukup efektif untuk menekan laju perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti penyebab penyakit mematikan, termasuk DBD.
Proses pelepasan nyamuk di rumah warga ini membutuhkan waktu sekitar 2 minggu hingga akhirnya hasilnya akan diambil lagi oleh tim untuk penelitian lanjutan.Â
3. Proses Identifikasi Wolbachia
Setelah sampel masuk ke BG Trap dan Ovitrap, proses identifikasi dilakukan secara berkesinambungan. Perekaman data, uji tapis kandungan Wolbachia pada nyamuk sampel, analisis laporan hasil uji tapis lalu diakhiri dengan proses identifikasi peta dan frekuensi Nyamuk Aedes Aegypti yang ber-Wolbachia adalah rentetan aksi panjang dari tim EDP-Jogja. Â
Lembaga ini telah merekrut 80 staf untuk bisa bekerjasama sesuai bidang masing-masing. Saya pribadi sangat antusias untuk menyaksikan hasil akhir dari penelitian panjang ini. Setidaknya, sebagai orang Jogja saya merasa menjadi bagian yang kelak akan mengenyam manfaat dari hasil yang mereka dapatkan. Anda pun pasti merindukan ini.
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H