Bagi saya, berwisata adalah cara untuk melepas stres dan kepenatan. Tak perlu wisata mahal, sekadar menghirup udara segar di pantai ataupun pegunungan saja sudah membawa hawa berbeda. Seperti beberapa hari lalu, saya dan suami jalan-jalan sekaligus berwisata religi ke Gua Maria Sendangsono. Tapi bukan itu yang akan saya bahas di sini, melainkan sebuah obyek wisata lain yang selalu saya lewati saat berangkat ataupun pulang dari Sendangsono. Ya, sebuah kawasan yang adem, memanjakan mata serta menghidangkan udara sejuk yang berselimut pemandangan hijau. Embung Banjaroyo, tempat berteduh dari panasnya kota.
Sejak awal diresmikan, mungkin sudah terhitung sekitar empat kali saya mengunjungi tempat ini. Saat pertama kali dibangun, tempat ini masih sangat sepi. Tanaman penghias sekeliling embung ataupun kerumunan ikan-ikan kecil di dalam embung juga belum tampak. Setelah tahun 2015, pengunjung dari berbagai daerah mulai berdatangan, banyak tanaman penghias berwarna cantik di sekelilingnya serta ribuan ikan yang sudah tampak berkerumun di embung mini ini. Saat terakhir ke sana, saya lihat sedemikian pesat perkembangannya karena kawasan ini sudah dikelilingi oleh pohon-pohon mini khas embung yang berdiri rapi, yaitu durian. Begitu menarik, tangan siapa sih yang membuat tempat ini makin indah?
Begitu menggebunya mereka saat menceritakan tahap demi tahap pembangunan embung Banjaroyo dan pemberdayaan masyarakatnya untuk membuat kawasan ini makin maju. Berikut cerita menarik tentang embung Banjaroyo, idola baru bagi masyarakat pecinta wisata alam.
1. Embung Banjaroyo Dibangun Tahun 2013-2014
Proses pembangunan embung yang berada di Desa Banjaroyo, Dusun Tonogoro, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo ini dimulai tahun 2013 dan selesai sekitar awal 2014. Semua berjalan lancar dan hasilnya memang sesuai dengan yang diharapkan. Setiap elemen pendukungnya tampak memberikan progress, baik dari pembangunan embung, kelengkapan fasilitas wisata ataupun pengelolaan tanah di sekitar embung. Diresmikan pada 2 Februari 2014 oleh Sri Sultan Hamengkubawana X, embung Banjaroyo makin hari makin sukses menyedot perhatian masyarakat untuk sejenak menghirup kesejukan yang ditawarkan.
Proses pembangunan embung ini berkat kucuran dana dari salah satu perusahaan BUMN besar di Indonesia. Konsep pemanfaatan dana dalam bentuk CSR (Corporate Social Responsibility) ini sungguh-sungguh dialokasikan untuk pembangunan embung Banjaroyo dan pengolahan tanah yang cukup luas itu. Lalu, bagaimana rangkaian proses distribusi dana untuk proyek ini?
Menuju masyarakat yang lebih sejahtera dan desa yang lebih maju, itulah harapan masyarakat Banjaroyo. Pada awalnya, Bapak Al Kodim selaku ketua kelompok tani Sidomaju yang didampingi pemerintah desa mengajukan sebuah proposal ke Yayasan Obor Tani sekitar tahun 2013. Proposal yang pada intinya bertujuan agar di kawasan luas ini dibangun lahan untuk dikelola kelompok tani Sidomaju ini akhirnya menemukan titik cerah.
Usai mengadakan survei bersama para kelompok tani di desa ini, dibangunlah kebun seluas 20 hektar oleh tim Yayasan Obor Tani melalui dana CSR tadi. Tak hanya membangunkan kebun, Yayasan Obor Tani juga memberikan fasilitas pembibitan, pupuk, obat-obatan, perawatan, pengelolaan serta pendampingan segala urusan perkebunan hingga 3 tahun. Nah, saat ini Yayasan Obor Tani tinggal menyelesaikan tugas sebagai pendamping kelompok tani hingga bulan Agustus mendatang. Saat tugas selesai, seluruh alat atau fasilitas akan dikembalikan lagi kepada kelompok tani di desa ini.
3. Pemberdayaan 100 Kepala Keluarga untuk Kelola Kebun 20 Hektar
Lahan seluas 20 hektar di area embung ini tentu tak cukup dikelola oleh satu atau dua orang saja. Kurang lebih 100 kepala keluarga di Desa Banjaroyo yang tergabung dalam sebuah kelompok tani diberdayakan dan didampingi untuk mengelola lahan luas ini agar lebih potensial dan menghasilan rezeki. Area ini dulunya berupa lahan tegalan dengan kemiringan tanah 70 derajat dan hanya didominasi dengan tanaman kayu-kayuan. Namun setelah dikelola oleh Yayasan Obor Tani, para petani makin dimudahkan untuk berkebun di kawasan ini.
4. Pengembangan Durian sebagai Tanaman Utama
Saat saya bertanya terkait tanaman apa saja yang berpotensi untuk tumbuh baik di sekitaran embung Banjaroyo, Bapak Hotjen kembali menjawab bahwa durian menoreh kuning adalah produk utama yang akan memenuhi area 20 hektar ini. Mengapa memprioritaskan durian? Karena tanaman ini memiliki ketahanan hidup yang tinggi walaupun ditempa air hujan yang begitu deras. Sedangkan klengkeng dan srikaya dikatakan sebagai koleksi pelengkap yang akan menghiasi di sekeliling embung dengan luas tanah sekitar 1 hektar.
5. Penyiraman di Musim Kemarau, Tujuan Dibangunnya Embung Banjaroyo
Sama seperti embung-embung lainnya yang lebih dulu dibangun, Embung Banjaroyo inipun dibangun dengan tujuan untuk penyiraman semua tanaman di area ini agar tetap subur walaupun sedang dilanda musim kemarau yang panjang. Pengairan ini, dijelaskan Bapak Hotjen menggunakan sistem gravitasi, yaitu posisi waduk dipilih di area yang paling tinggi diantara lainnya dan dipasang tiga pipa output. Di area 20 hektar ini terdapat pipanisasi pralon dan disediakan beberapa penampungan kecil karena medan di sana naik turun. Dari situlah air dialirkan untuk menyiram tanaman durian saat musim kemarau.
Saat curah hujan tinggi seperti di awal tahun ini, embung Banjaroyo tampak memiliki air yang tinggi bahkan luber ke area sekitarnya. Berbeda dengan tahun lalu, saat saya berkunjung ke sana, air hanya memenuhi sebagian kecil embung dengan volume 1300 meter kubik dari total volume yang seharusnya bisa menampung 30.000 meter kubik air.
***
Pemberdayaan lahan yang memenuhi 5 unsur SPT (Sentra Pemberdayaan Tani) ini, yaitu penyediaan wisma tani, kebun 20 hektar, waduk mini, petani serta pendampingan oleh Yayasan Obor Tani telah sukses berprogres dari waktu ke waktu. Area yang dulunya polos, kini makin cantik dengan berbagai pembangunan fasilitas cantik disekitarnya, seperti kursi-kursi permanen untuk bercengkerama, mushola etnik yang dibangun dari materi alam, gubug-gubug kecil untuk melepas lelah pengunjung dan kelengkapan lainnya.
Saya sih sudah menikmatinya, Anda kapan?
Riana Dewie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H