Masih tentang incip mengincip. Kalau ini aku puasa. Aku tak boleh incip. Masak mendol. Â Kuperkirakan pas ah. Setelah bumbu mendol kuhaluskan kugerus bersama tempe. Eh di tengah-tengah masak jadi ragu, seberapa ya garamnya. Ah kutambahi saja. Mendol kugoreng. Rupanya kuning merekah.
Saat berbuka puasa mendol kusajikan. Tester dulu ah kata anakku. "Wah, asin sekali buk!" kata anakku. " Masak sih, mana saya cobanya." Wah benar asin betul sampai lidahku terasa getir. Walah walah. Bagaimana ini. Akhirnya kusisihkan mendol. Tak ada yang mau makan mendol. Karena tidak kucicipi jadi keasinan.
Yang ini kisah incip-incip yang lebih memalukan. Terjadi di sekolah tahun lalu. Suatu hari temanku bawa contoh kue kering. Ada kue kesukaanku. Yaitu semprit.
Kue manis yang ternuat dari tepung larut ini terasa mak nyes. Aku suka sekali. Ada contohnya ditaruh diplastik satu on an. "Itu buk testernya," kata penjualnya. Oh iya. Kubuka. Kumakan habis satu. Saya heran. Semua temanku melihatku. Akhirnya ada yang tanya. "Loh bu gak puasa ya." "Ih iya puasa."
Aku segera ke kamar mandi. Berkumur. Semua teman tertawa. Aku cuma senyum nyengir dan sedikit malu.
Riami_Kab.Malang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI