Mohon tunggu...
Ria Mi
Ria Mi Mohon Tunggu... Guru - Menulis memotivasi diri

Guru

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

[Kisah Humor] Incip-incip

12 Mei 2020   21:21 Diperbarui: 12 Mei 2020   21:31 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


[Kisah Humor] Incip-incip

"Ah ibu kok incip-incip kue?"

Pernah mendapat pertanyaan seperti itu? Bagaimana perasaan kita? Kalau hari biasa pasti dijawab seperti ini, "wah bener enak, silakan cicipi juga!" Lha! Tapi ini puasa pasti bagi seorang ibu muslim akan celingukan mendapat pertanyaan semacam itu.

Mengenai incip-mengincip, seorang ibu hampir setiap hari mengincipi masakan, jika memasak sendiri. Jika tidak pasti lagi nyoba merasakan nikmatnya "tester" atau contoh makanan ringan atau masakan ketika mau beli. Biasanya yang ada contoh itu kue.

Nah masalah incip mengincip ini aku punya pengalaman yang menggelikan lho. Ih jadi malu, deg-degan juga tersipu.

Jadi ingat waktu masih remaja. Saat itu lagi ada acara buka bersama di rumah teman. Yang masak saya, dan dua teman seangkatan. Aku semangat banget sich masak bersama teman-teman.

Waktu itu masak di kosan teman. Ada beberapa teman cowok yang bantu juga. Yang cowok-cowok bagian perlengkapan, usung- usung apa saja dach. Ketika tiba salat asar ketahuan dech aku lagi gak salat. Maka semua teman cewek sepakat aku yang nyicipi semua hasil masakan. "Ria ini coba diincipi bagaimana rasa mendolnya, urap, dan dawetnya," kata Sulis sambil  menyodorkan tiga sendok kecil untukku. Eh waktu nyicip ada teman cowok lewat, eh Ria gak puasa ya? Pasti lagi diskon 100. La malukan jadi ketahuan kalau lagi gak puasa.

Kalau kisah kedua ini bukan malu lagi kepyar-kepyar ambyar dah. Memang aku jarang beli masakan. Lebih sering masak sendiri. Masak sendiri itu hemat itu saja alasanku.

Nah kumulai masak jam  tiga sore, aku keluarkan semua yang akan kumasak. Ada sawi daging, penthol, mi, dan sosis. Pinginnya masak seblak pedes. Asyik kan. Nah semua sudah kusiapkan. Bumbu sudah selesai. Kutumis bumbu wow harum, aroma pedes dan kencurnya, dicampur pentol dan sosisnya menggoda sekali. Kuincip wow pas.

Kuambil piring kecil aku ambil sesendok sayur kumakan. Eh pas suapan terakhir, tiba-tiba anak gantengku yang masih kelas 2 SD memergokiku. "Dar! Nah ibuk gak puasa ya? Berarti aku boleh mokel dong? Ibuk gak puasa! Ibuk puasa!"

Eh bingung aku, kalau pada anak putri yang sudah remaja gampang menjelaskannya, tapi ini cowok masih kecil lagi. Akhirnya aku punya ide. "Begini mas, kalau perempuan dapat keringanan dari Allah untuk tidak puasa." jawabku. "Kalau cowok gak dapat ya buk." tanyanya lagi. "Kalau cowok jika sakit saja, atau bepergian sangat jauh, nah adik kan cowok, tidak sakit, tidak pergi jauh jadi bagaimana?" tanyaku diplomasi. "Iya puasa. Nanti aku buka jam 12 ya?" " Iya." Jawabku seakan ingin segera ia berhenti bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun