Dalam peneletian ini kami sebagai penulis ingin meluruskan kekeliruan terhadap hadist-hadist dhaif, khusus nya dalam konteks yang kami teliti yaitu tentang kebersihan yang mana hadist tersebut merupakan hadist dhaif. Maka dari itu, diharapkan untuk teliti terhadap hadist-hadist yang kita baca untuk melihat kepada tersambungnya sanad dan rawi-rawi yang shohih agar terhindar dari hadist-hadist dhaif.
Â
Metode PenelitianÂ
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini merupakan metode yang fokus pada pengamatan mendalam terhadap kasus yang diteliti. Penulis melakukan pengamatan terhadap slogan-slogan arab yang berada dalam kelas sekolah maupun masjid. Maka dari itu penulis memperbanyak sumber bacaan yang akan dijadikan sebagai jawaban atas kasus yang terdapat dalam jurnal ini
Hasil dan Pembahasan
Kata "hadits" atau al-hadits menurut bahasa, berarti al-jadid (sesuatu yang baru), lawan kata dari al-qadim (sesuatu yang lama). Kata hadits juga berarti al-khabar (berita), yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain. Kata jamaknya ialah al-ahadits.
Berdasarkan tinjauan dari sudut pendekatan kebahasaan, kata hadits dipergunakan dalam al- Qur'an dan hadits itu sendiri. Dalam al-Qur'an misalnya dapat dilihat pada surat al-Thur ayat 34, surat al-Kahfi ayat 6. dan al-Dhuha ayat 11. Kemudian pada hadits dapat dilihat pada beberapa sabda Rasul saw. di antaranya hadits yang dinarasikan Zaid ibn Tsabit yang dikeluarkan Abu Daud, Turmudzi, dan Ahmad, yang menjelaskan tentang do'a Rasul Saw. terhadap orang yang menghafal dan menyampaikan suatu hadits dari padanya. Secara terminologis, ahli hadits dan ahli ushul berbeda pendapat dalam memberikan pengertian tentang hadits. Di kalangan ulama hadits sendiri ada beberapa definisi antara satu dengan lainnya agak berbeda. Ada yang mendefinisikan bahwa hadits, ialah:
"Segala perkataan Nabi saw., perbuatan, dan hal ihwalnya"
Maksud "hal ihwal", ialah segala pemberitaan tentang Nabi saw, seperti yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya. Ulama hadis lain merumuskannya sebagai berikut:
"Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, maupun sifatnya".
Persamaan dari kedua pengertian di atas, ialah mendefinisikan hadits dengan segala yang disandarkan kepada Rasul saw., baik perkataan maupun perbuatan. Sedang yang berbeda dari keduanya, ialah pada penyebutan terakhir. Di antaranya ada yang menyebutkan hal ihwal atau sifat Rasul sebagai hadits dan ada yang tidak; ada yang menyebutkan taqrir Rasul secara eksplisit sebagai bagian dari bentuk-bentuk hadits, dan ada yang memasukkannya secara implisit ke dalam aqwal atau af'alnya.