Lalu Tiada
Karya: Rhet Imanuel
Â
Lalu, di mana kita adalah pena dan tinta
Mengisi halaman dan juga bab
membagi cerita
merangkumnya adalah kita, semusim
melepas hari di gugurnya daun-daun
di kelopaknya tanah mengering dan adalah kita
melembab mata oleh tetes-tetes hujan
Sehari melepas, diusung waktu tanpa makna
Â
Dan ingatkah kita?
Pada satu bergumul memadu ombak,
erat melekat di peraduan hasrat dalam
Indah hiasan langit ditabur bintang-bintang
Mengecap rindu di tepian jelaga
begitu getir, pahit akar-akar pohon menyesap dahaga
di tepian jurang adalah usaha
antaranya layu, mengering, lalu tiada
Â
Dan di akhir waktu yang hening tiba
Aku dan engkau, tidaklah lagi menuliskan kisah
Menggantung sketsa, buih-buih harapan
dilukis awan hitam dan diserukan hujan
dalamnya cinta, kini usang menjadi kenangan
Mengaliri pada atap-atap rumah kita
Â
Semarang, 19/08/15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H