Mohon tunggu...
Rhama David
Rhama David Mohon Tunggu... -

bila kau menungguku untuk menyerah, maka kau akan menunggu untuk selamanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Terlalu Jauh

31 Maret 2016   16:07 Diperbarui: 31 Maret 2016   16:19 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kehidupan tidak bisa diulangi"][/caption]

Tangan ini, tangan yang udah bikin hidup gue berantakan. Walaupun hidup gue bergelimpangan harta, tapi harta ini bukan hasil dari keringat gue sendiri.

Gue Hartono, tapi orang-orang lebih sering manggil gue Tono. Sekarang kerjaan gue. Mungkin gabisa dibilang kerjaan, karena nyatanya gue ini seorang pengangguran. Setiap hari gue dirumah, kadang dipasar, yah suka-suka hati gue aja lagi mau kemana. Lebih sering dirumah ngurusin istri yang lagi hamil anak ke-3 sekarang ini. Kedua anak gue sekarang masih mengenyam pedidikan mereka di SMP dan SD unggulan di daerah ini.

Terkadang mungkin gak kepikir di benak gue. Hidup gue yang begini, seburuk ini, gue berpikir bahwa didunia ini hidup gue yang paling hancur. Hidup gue yang paling berantakan.

Sore itu, rutinitas gue buat mantau beberapa pasar di daerah ini. Karena sekarang gue cuma sebagai kepala preman di pasar-pasar itu. Dan salah seorang asisten gue, atau bisa dibilang wakil gue di tiap pasar itu beda beda tapi dominan dipegang sama Rendy, soib SMA gue. Walau memang kedengerannya enak, karena setiap hari cuma nerima setoran uang tanpa kerja. Tapi jauh di dalem hati gue, ada rasa nyesel yang bikin gue gak bisa maaf in hidup gue sendiri.

Semua berawal dihari itu ..

“Ren, ayo dong. Pulang sekolah kita mean lagi.” Kata gue ke Rendy sahabat gue dulu

“Mau maen kemana Ton??”

“Yah kemana aja lah. Biar kita gak keliatan cupu-cupu banget gitu.”

“Gimana kalo ke taman deket SMP gue dulu?” tanya Rendy

“Ngapain ke taman? Kan gak keren.” Jawab gue bingung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun