Mohon tunggu...
Raa Tyas Putri
Raa Tyas Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hukum UT Makassar

Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus - sekalipun esok langit akan runtuh, meski dunia akan musnah, atau walaupun harus mengorbankan kebaikan, keadilan harus tetap ditegakkan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Nasu Likku, Kuliner Warisan Budaya dan Identitas Tanah Bugis

20 Agustus 2024   08:06 Diperbarui: 20 Agustus 2024   13:05 749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasu Likku merupakan salah satu Warisan budaya lokal khas suku Bugis, Sulawesi Selatan. Hidangan ini terkenal dengan cita rasanya yang gurih dan menggugah selera.

Bahan dasar utama Nasu Likku biasanya adalah ayam kampung yang dimasak dengan berbagai rempah-rempah khas, serta parutan lengkuas muda. 

Keunikan dari Nasu Likku terletak pada penggunaan parutan lengkuas muda sehingga memiliki aroma dan rasa yang khas dan membuat hidangan ini begitu istimewa.

Nasu Likku sering disajikan pada acara-acara penting seperti pesta pernikahan, syukuran, atau upacara adat.

Hidangan Nasu Likku memiliki akar yang dalam pada budaya Bugis, di mana hidangan ini tidak hanya dianggap sebagai kebutuhan fisik tetapi juga merupakan identitas budaya dan tradisi.

Nasu Likku berasal dari dua kata yaitu "Nasu" berarti "masak" dalam bahasa Bugis, serta "Likku" yang artinya Lengkuas dan merujuk pada lengkuas muda yang menjadi bahan utama dalam hidangan ini.

Masyarakat Bugis sejak dahulu telah menggunakan rempah-rempah sebagai bahan utama dalam masakan mereka, dan Nasu Likku adalah salah satu warisan kuliner yang masih bertahan hingga saat ini.

Pada mulanya hidangan ini hanya disajikan untuk keluarga-keluarga bangsawan atau saat ada perayaan besar.

Namun, seiring perkembangan zaman, Nasu Likku menjadi lebih dikenal di kalangan masyarakat luas dan tidak hanya sebatas pada masyarakat Bugis saja, bahkan menjadi salah satu menu yang sering ditemukan di beberapa restoran-restoran tradisional di Sulawesi Selatan.

Dalam memasak hidangan Nasu Likku, bumbu atau rempah-rempah yang digunakan cukup sederhana tetapi kaya cita rasa.

Salah satu faktor yang membuat Nasu Likku itu terasa gurih dan lezat, selain pada parutan lengkuas muda, ada juga kelapa goreng yang dihaluskan hingga mengeluarkan minyak dan memiliki aroma yang wangi dalam bahasa Bugis Sinjai disebut "Hette Kaluku".

Ayam kampung biasanya dipilih sebagai bahan utama karena teksturnya yang lebih kenyal dan rasanya yang lebih gurih dibandingkan dengan ayam potong biasa.

dokpri
dokpri

Selain ayam, lengkuas muda, dan kelapa goreng tadi, bumbu-bumbu lain yang digunakan dalam Nasu Likku antara lain bawang merah, bawang putih, kunyit, serai, kemiri, dan santan.

Semua bumbu ini dihaluskan dan dicampur bersama ayam, kemudian dimasak dengan api sedang hingga bumbu meresap dan ayam menjadi empuk.

Proses memasak Nasu Likku cukup panjang, dimulai dari mempersiapkan kelapa goreng atau "Hette Kaluku" dan menghaluskannya hingga mengeluarkan minyak. 

Kemudian memarut lengkuas muda yang tidak jarang teksturnya cukup keras hingga sulit diparut, serta cara memasak ayam secara perlahan dengan api sedang agar bumbu-bumbu bisa meresap dengan sempurna dibutuhkan kesabaran.

Setelah semua bahan matang, hidangan ini siap disajikan dengan nasi hangat.

Awalnya ketika melihat sajian Nasu Likku, Anda akan mengira bahwa itu adalah rendang ayam kampung. Namun, ketika mulai mencicipi hidangan ini, maka akan terlihat jelas perbedaannya. 

Dalam Nasu Likku Anda akan merasakan perpaduan rasa gurih dari ayam kampung yang dimasak dengan bumbu yang pekat, disertai dengan aroma harum dari parutan lengkuas muda dan "hette kaluku".

Santan yang digunakan dalam masakan ini juga memberikan rasa yang lembut dan sedikit manis, sehingga mampu menyeimbangkan cita rasa pekat rempah-rempah lainnya.

Hidangan ini biasanya disajikan dengan nasi putih hangat, dan bisa juga dilengkapi dengan sambal terasi atau sambal mangga muda untuk menambah cita rasa. 

Nasu Likku (dokpri. Rhaa Tyas Putri) 
Nasu Likku (dokpri. Rhaa Tyas Putri) 

Filosofi Nasu Likku

Sekarang ini, Nasu Likku tidak hanya dihidangkan dalam acara tertentu. Nasu Likku juga seringkali dihidangkan ketika ada kerabat jauh yang datang berkunjung.

Hidangan ini selain memiliki cita rasa lezat, juga memiliki makna khusus dalam budaya Bugis. Karena sering disajikan pada acara-acara adat atau perayaan penting, seperti pernikahan, khitanan, atau upacara adat lainnya.

Nasu Likku tidak hanya berfungsi sebagai hidangan, tetapi juga menjadi simbol keselarasan dan kebersamaan dalam momen istimewa masyarakat Bugis. 

Nasu Likku sendiri memiliki filosofi yang tetap relevan dengan konteks zaman modern. Konsep gotong-royong, hierarki, dan penghormatan terhadap tradisi masih menjadi fondasi dalam struktur sosial masyarakat Bugis.

Terlepas dari perkembangan zaman, nilai-nilai budaya yang melekat pada Nasu Likku memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas dan kebudayaan suku Bugis.

Dalam tradisi Bugis, makanan selalu memiliki nilai lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan fisik. Setiap hidangan yang disajikan, termasuk Nasu Likku, adalah cerminan dari identitas budaya dan ikatan sosial di antara anggota masyarakat.

Oleh karena itu, Nasu Likku sering menjadi pusat perhatian dalam setiap perayaan, karena menyatukan rasa dan kenangan bersama dalam satu hidangan yang lezat.

Di tengah arus modernisasi dan pengaruh hidangan internasional, Nasu Likku tetap bertahan menjadi salah satu ikon kuliner tradisional Bugis.

Ada beberapa restoran di Sulawesi Selatan yang memasukkan Nasu Likku dalam menu mereka, dan hidangan ini juga mulai dikenal di luar daerah asalnya, berkat promosi dari berbagai festival kuliner dan acara budaya.

Namun, pelestarian Nasu Likku tidak hanya bergantung pada restoran atau promosi, tetapi juga pada upaya masyarakat Bugis untuk terus memasak dan mengajarkan resep ini kepada generasi muda.

Dengan menjaga tradisi ini tetap hidup, Nasu Likku akan terus menjadi bagian dari warisan kuliner Indonesia yang kaya dan beragam.

Nasu Likku adalah lebih dari sekadar hidangan tradisional. Ia adalah cerminan dari kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Bugis yang perlu dilestarikan. 

Dengan rasa yang kaya akan rempah dan proses memasak yang penuh kesabaran, Nasu Likku menjadi simbol dari kebersamaan, rasa syukur, dan identitas budaya yang kuat.

Di setiap gigitan, Anda tidak hanya menikmati kelezatan daging ayam yang empuk dan bumbu yang meresap, tetapi juga menghargai warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun