Hidangan ini biasanya disajikan dengan nasi putih hangat, dan bisa juga dilengkapi dengan sambal terasi atau sambal mangga muda untuk menambah cita rasa.Â
Filosofi Nasu Likku
Sekarang ini, Nasu Likku tidak hanya dihidangkan dalam acara tertentu. Nasu Likku juga seringkali dihidangkan ketika ada kerabat jauh yang datang berkunjung.
Hidangan ini selain memiliki cita rasa lezat, juga memiliki makna khusus dalam budaya Bugis. Karena sering disajikan pada acara-acara adat atau perayaan penting, seperti pernikahan, khitanan, atau upacara adat lainnya.
Nasu Likku tidak hanya berfungsi sebagai hidangan, tetapi juga menjadi simbol keselarasan dan kebersamaan dalam momen istimewa masyarakat Bugis.Â
Nasu Likku sendiri memiliki filosofi yang tetap relevan dengan konteks zaman modern. Konsep gotong-royong, hierarki, dan penghormatan terhadap tradisi masih menjadi fondasi dalam struktur sosial masyarakat Bugis.
Terlepas dari perkembangan zaman, nilai-nilai budaya yang melekat pada Nasu Likku memainkan peran penting dalam mempertahankan identitas dan kebudayaan suku Bugis.
Dalam tradisi Bugis, makanan selalu memiliki nilai lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan fisik. Setiap hidangan yang disajikan, termasuk Nasu Likku, adalah cerminan dari identitas budaya dan ikatan sosial di antara anggota masyarakat.
Oleh karena itu, Nasu Likku sering menjadi pusat perhatian dalam setiap perayaan, karena menyatukan rasa dan kenangan bersama dalam satu hidangan yang lezat.
Di tengah arus modernisasi dan pengaruh hidangan internasional, Nasu Likku tetap bertahan menjadi salah satu ikon kuliner tradisional Bugis.