"Apa-apa yang saudara jelaskan tadi itu terlalu lemah! Sementara bangsa kita semakin terhimpit dan terdesak! Maka yang harus kita lakukan dengan segera adalah Revolusi!" ujar Darsono yang diperankan oleh Ragil Cahya Maulana.
Sontak hal ini menimbulkan penonton berteriak "Revolusi!" sembari mengepalkan tangan di udara. Di titik ini, Suryopranoto tetap kalem dan tidak terpancing emosi.
Walau begitu, Suryopranoto beberapa kali menimpali Darsono, Semaun, dan H. Misbach (kubu SI Merah) dengan argumen yang tak kalah kuat. Kubu SI meresponnya dengan bantahan yang semakin membikin kongres memanas.
Hingga akhirnya sidang diskors oleh Tjokroaminoto yang diperankan oleh Raymizard Alifian Firmansyah, dan semua tokoh pun meninggalkan forum kongres. Dan pementasan teater pun selesai.
Konklusi
Acara ditutup dengan pernyataan penutup oleh Muhidin M. Dahlan seorang penulis ternama, sejarahwan yang juga menggeluti bidang pengarsipan. Pria yang akrab disapa Gus Muh ini memaparkan tentang sepak terjang dan jejak langkah perjuangan Suryopranoto di era kolonial.
Dalam pernyataan penutupnya, ia memaparkan bahwa Suryopranoto adalah bangsawan yang menolak untuk hidup di dalam benteng Pakualaman, dan lebih memilih untuk hidup di luar benteng dan menjadi rakyat biasa.
"Bahwasanya Suryopranoto adalah seorang bangsawan yang berpihak kepada buruh, kepada pedagang, dan rakyat kecil. Ia melepaskan segala kenyamanan dan keistimewaan yang melekat pada darah kebangsawanannya demi berdiri bersama mereka yang tertindas. Sikap ini menunjukkan keberanian dan ketulusan seorang pemimpin sejati, yang tidak hanya berbicara tentang keadilan, tetapi juga hidup di tengah perjuangan itu sendiri.
Dengan memilih hidup di luar benteng Pakualaman, Suryopranoto menegaskan bahwa batasan kelas sosial bukanlah penghalang untuk berjuang bagi hak asasi dan martabat manusia. Selain itu, semangatnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus membela mereka yang tak bersuara dan melanjutkan cita-cita besar akan keadilan sosial," jelasnya.