Mohon tunggu...
R. Fauzi Fuadi
R. Fauzi Fuadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Casual Writer.

Likes to tell stories about the social-humanities.

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Merayakan Perjuangan Suryopranoto: Tokoh di Balik Mogok Buruh Era Kolonial

17 Desember 2024   23:56 Diperbarui: 17 Desember 2024   23:56 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barisan para aktor dalam teater bartajuk "Vergadering Sarekat Islam". (Foto: R. Fauzi Fuadi) 

"Apa-apa yang saudara jelaskan tadi itu terlalu lemah! Sementara bangsa kita semakin terhimpit dan terdesak! Maka yang harus kita lakukan dengan segera adalah Revolusi!" ujar Darsono yang diperankan oleh Ragil Cahya Maulana.

Suryopranoto yang diperankan oleh Jamaluddin Latif sedang mempresentasikan ide dan gagasannya dalam Kongres SI. (Foto: R. Fauzi Fuadi) 
Suryopranoto yang diperankan oleh Jamaluddin Latif sedang mempresentasikan ide dan gagasannya dalam Kongres SI. (Foto: R. Fauzi Fuadi) 

Sontak hal ini menimbulkan penonton berteriak "Revolusi!" sembari mengepalkan tangan di udara. Di titik ini, Suryopranoto tetap kalem dan tidak terpancing emosi.

Walau begitu, Suryopranoto beberapa kali menimpali Darsono, Semaun, dan H. Misbach (kubu SI Merah) dengan argumen yang tak kalah kuat. Kubu SI meresponnya dengan bantahan yang semakin membikin kongres memanas.

Hingga akhirnya sidang diskors oleh Tjokroaminoto yang diperankan oleh Raymizard Alifian Firmansyah, dan semua tokoh pun meninggalkan forum kongres. Dan pementasan teater pun selesai.

Konklusi

Acara ditutup dengan pernyataan penutup oleh Muhidin M. Dahlan seorang penulis ternama, sejarahwan yang juga menggeluti bidang pengarsipan. Pria yang akrab disapa Gus Muh ini memaparkan tentang sepak terjang dan jejak langkah perjuangan Suryopranoto di era kolonial.

Muhidin M. Dahlan saat menyampaikan closing statement tentang Suryopranoto. (Foto: R. Fauzi Fuadi) 
Muhidin M. Dahlan saat menyampaikan closing statement tentang Suryopranoto. (Foto: R. Fauzi Fuadi) 

Dalam pernyataan penutupnya, ia memaparkan bahwa Suryopranoto adalah bangsawan yang menolak untuk hidup di dalam benteng Pakualaman, dan lebih memilih untuk hidup di luar benteng dan menjadi rakyat biasa.

"Bahwasanya Suryopranoto adalah seorang bangsawan yang berpihak kepada buruh, kepada pedagang, dan rakyat kecil. Ia melepaskan segala kenyamanan dan keistimewaan yang melekat pada darah kebangsawanannya demi berdiri bersama mereka yang tertindas. Sikap ini menunjukkan keberanian dan ketulusan seorang pemimpin sejati, yang tidak hanya berbicara tentang keadilan, tetapi juga hidup di tengah perjuangan itu sendiri.

Dengan memilih hidup di luar benteng Pakualaman, Suryopranoto menegaskan bahwa batasan kelas sosial bukanlah penghalang untuk berjuang bagi hak asasi dan martabat manusia. Selain itu, semangatnya menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus membela mereka yang tak bersuara dan melanjutkan cita-cita besar akan keadilan sosial," jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun