Saya pun menjawab dengan berkata, “Mari kita tanya orang itu. ”Selesai bertanya saya pun berkata bahwa tidak ada tempat jual sayuran yang lain lagi selain di tempat yang kita kunjungi sebelumnya. Teman-temanku pun heran karena aku sudah tau padahal belum melihat denah (peta) mal. “Aku tadi udah tanya sama bapak satpam, katanya gak ada lagi tempat yang lain,” kata saya kepada mereka. Junya kun pun nyeletuk, ”Orang Indonesia lebih suka bertanya ya daripada melihat peta? ”Saya jawab, ”Iya, tanya kan lebih gampang.”
Kanakochan pun berkata, “Di sini peta tidak begitu penting ya?” Sekali lagi saya pun hanya tersenyum kecil.
4. 200detik?? Lampu Merah Macam Apa Ini?
Waktu itu saya habis jalan-jalan dengan sensei(dosen) saya. Sampai di perempatan sebuah jalan kami pun berhenti karena ada lampu lalu lintas sedang merah. Tiba- tiba sensei mengeluarkan kamera dan memotret lampu lalu lintas yang sedang merah. Saya pun heran dan bertanya, “Maaf, sensei memotret lampu merah kenapa?” Sensei pun menjawab dengan antusias, “Rezza san, coba lihat, angka di lampu lalu lintas itu tertulis 200detik, itu sangat membuat saya takjub di Jepang tidak ada yang seperti itu”. Saya pun hanya tertawa dan menjawab, “Oh, iya iya” sedangkan dalam batin saya pun berkata iya sensei ini dibuat 200 detik saja masih banyak yang melanggar dengan menerobos apalagi dibuat sebentar. Tapi tentu saja saya juga mengerti karena di Jepang tidak ada lampu merah yang juga mencamtukan hitungan detiknya, dan tentu saja lampu merah selama 200 detik pun kayaknya tidak ada.
Semoga dengan mengenal sudut pandang orang asing yang dalam kasus ini adalah orang Jepang, kita sebagai orang Indonesia khususnya pembelajar Bahasa Jepang dapat mengerti pandangan orang Jepang terhadap negara Indonesia sehingga akan terjalin komunikasi yang baik dan kita dapat meniru sikap-sikap mereka yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H