Ilustrasi - Umum di Indonesia, bisa jadi hal yang tabu di Jepang/Kompas.com
Sebagai pembelajar bahasa Jepang di Surabaya, saya merasa sangat beruntung bisa mempunyai teman-teman dan kenalan orang Jepang (日本人). Seperti orang Indonesia pada umumnya, saat pertama kali mempunyai teman orang Jepang saya pun berpikir bahwa itu sangat keren karena dalam benak saya orang Jepang pasti tau banyak hal karena berasal dari negara maju. Tetapi ternyata setelah banyak melakukan “jalan-jalan” dengan mereka percakapan “unik” pun seringkali terjadi. Berikut beberapa percakapan “unik” itu.
1. Ini “Cantolan” Helm
Di Indonesia sudah sewajarnya sarana transportasi yang digunakan di jalan raya adalah sepeda motor. Hal ini bukanlah sesuatu yang wajar bagi orang Jepang lantaran di negara mereka sepeda motor sangat sedikit. Pernah suatu ketika saya dan teman Jepang (Kanakochan) pergi ke tempat wisata, sesampainya di parkiran tempat wisata tentu saja saya meletakkan helm saya di “cantolan” sepeda motor saya. Namun Kanakochan hanya melihat saya sambil membawa helmnya. Saya pun berkata, “Kanakochan, taruh helmnya dong”. Dia pun lalu menjawab, “Di mana? Bisa ditaruh di situ kah? Itu apa?”. Dalam benak saya bertanya-tanya, ini sepeda motor kan produk Jepang kenapa orang Jepang sendiri tidak tau ya, namun karena ditanya saya pun langsung menjawab , “Iya taruh sini bisa, ini ada “cantolannya”, pasti aman kok”. Setelah itu dia pun langsung berkata, “Hebaaat yaa,” Saya pun hanya tersenyum kecil melihat kepolosannya.
Foto pribadi.
2. Sudah Pernah ke Pesta Pernikahan?
“Rezza san, sudah pernah datang ke pesta pernikahan?“ tanya Mio san. Begitulah pertanyaan “unik” yang terlontar dari seorang cewek Jepang yang sedang melakukan PPL di kampus saya. Saya pun menjawab dengan santai , “Iya sudah pernah beberapa kali.” “Hee.. hebat, aku saja belum pernah sama sekali,” kata Mio chan. Mengapa bisa begitu?
Seperti diketahui pernikahan merupakan hal menyenangkan sekaligus momen yang sangat penting, karena itu tak heran jika dalam pesta pernikahan seringkali mengundang banyak kerabat serta teman-teman dekat bahkan ada juga pesta pernikahan di desa di mana untuk menghadirinya sama sekali tidak membutuhkan undangan. Namun di Jepang, undangan untuk sebuah pesta pernikahan sangatlah terbatas, paling banyak 100orang. Angka itu sudah termasuk keluarga inti dan keluarga besar. Memang di Jepang ketika menghadiri suatu pesta pernikahan haruslah mengikuti beberapa rangkaian acara sampai selesai, tidak hanya berjabat tangan dengan pengantin makan prasmanan dan pulang. Tetapi jamuan makanannya diberikan secara lengkap dan juga bertahap.
3. Peta Tidak Penting, Ya?
Akhir minggu ini saya dan beberapa teman Jepang saya pergi jalan-jalan ke mal. Teman- teman saya itu berniat memasak salah satu masakan Jepang dengan mencari bahan-bahan yang ada di salah satu tempat belanja di mal tersebut, tetapi ternyata bahan yang mereka cari tidak ada. Kami pun mencoba mencarinya di tempat lain, namun tak kunjung menemukan tempat lain yang menjual sayuran. Junya kun pun bertanya padaku, “Rezza, disini tidak ada denah mal nya kah biar bisa melihat tempat jual sayuran yang lainnya?”