Perlahan ia pun kembali pulang ke rumahnya, terlihat pintu depan masih terbuka lebar seperti posisi terakhir dia berusaha melarikan diri tadi sore. Dan sebelum masuk ke rumah dia pun melihat kanan kiri memantau situasi didalam rumah.Â
"Sepertinya masih sama seperti posisinya sebelum aku lari tadi sore. "pikirnya. Setelah dirasa aman diapun masuk ke dalam sambil tetap waspada dan bersiap untuk melarikan diri jika ada hal-hal ganjil. Dia mendengar ada orang bercakap-cakap dalam kamar sambil sesekali berseling dengan tangisan lirih.Â
"Yan.. Yantiiiiie.. Kamu sudah pulang? Apakah kamu dikamar? Ini aku Wenda.." Wenda berteriak memanggil kawannya.Â
Tidak ada jawaban yang meresponnya.Â
"Yantiiiiie.. Kamu di kamarkah? Sambil perlahan ia mengintip dan masuk ke kamar.Â
Didalam kamar ternyata ada Yantie dan Angie sahabatnya dan juga teman Wenda.
"Yantie.. Angie.. Itu kalian kah? Kalian yang Asli? " Wenda bertanya kepada kawan-kawannya. Namun tiada balasan  dari kawannya. Hanya tatapan nanar dan kosong yang ditunjukkan kawannya.Â
Wajah-wajah kawannya terlihat berantakan, pucat pasi, sayu seperti orang mati dan memerah melamun memandang agak kebawah sesekali terisak lirih. Â Secara naluriah Wenda merasakan ada hal yang tidak beres disini.
"Apakah mereka itu bukan Yantie dan Angie? Wajah mereka seram sekali." pikir Wenda sambil bersiap untuk lari lagi jika mereka ternyata bukan kawannya.Â
"Yantie.. Angie.. "
Wenda berusaha memanggil kawannya lagi namun tiada respon sepertinya mereka ada di dunia lain. Hanya ada tatapan kosong, muka pucat dan kesunyian disini.Â