Wenda tiba-tiba terbangun dan duduk dengan keringat dingin di tubuhnya diatas ranjangnya.Â
Dia melirik ke arah jam weker diatas meja samping tempat tidurnya yang menunjukan tepat pukul 03 dini hari. Sambil mengatur napasnya yang terengah-engah, Â dia terbayang mimpi yang baru saja ia alami terasa sangat mengerikan.Â
"Ternyata masih pukul 3 pagi" pikirnya sambil menengok ke arah jam weker dan menyeka keringat dingin di mukanya.Â
"Mengapa aku mengalami mimpi ini?" pikirnya lagi menenangkan dirinya.Â
Setelah tenang dia menengok ke sebelah ranjang tidurnya, tampak disana sahabat akrabnya Yantie yang setia menemaninya selama 5 tahun masih tertidur dengan lelap.Â
"Walau terasa sangat nyata, ini hanyalah sebuah mimpi. Tenanglah Wenda. " ucapnya dalam hati untuk meredakan hatinya yang masih gundah.Â
"Aku harus kembali tidur, agar besok pagi bangun dalam keadaan segar sehingga dapat menyelesaikan skripsiku." lanjutnya dalam hati.Â
Lalu dia mulai merebahkan tubuhnya kembali dan berusaha untuk tidur lagi.Â
---
Panasnya mentari menembus tirai ke dalam kamar kecil dengan dua ranjang itu dan Wenda pun terbangun dari tidurnya. Dia lantas melirik ke jam weker disamping ranjangnya yang  telah menunjukan tepat pukul 10 siang.Â