Mohon tunggu...
Rezfita Rahma Anindia
Rezfita Rahma Anindia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar MAN 1 Jember

Saya anak pertama perempuan dari dua bersaudara. Saya suka membaca, terutama membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jejak Awal Peradaban Indonesia: Analisis Sejarah Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur

26 Oktober 2024   12:35 Diperbarui: 27 Oktober 2024   09:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Berdirinya Dan Letak Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai Martadipura dikenal sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia yang berdiri sejak akhir abad ke-4. Kerajaan bercorak Hindu ini terletak di sekitar Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Nama Kutai diketahui oleh para ahli melalui penemuan prasasti Yupa, peninggalan asli yang dipengaruhi agama Hindu dan Buddha. Prasasti ini menggunakan bahasa Sansekerta dengan huruf Pallawa, dan mencatat nama Raja Kudungga sebagai pendiri Kerajaan Kutai. Nama Kudungga diperkirakan masih asli Indonesia, belum terpengaruh oleh bahasa India.

2. Sistem Pemerintahan Dan Raja-Raja 

Sebelum pengaruh Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan Kutai adalah kesukuan, dengan kepala suku sebagai pemimpin. Namun, setelah masuknya agama Hindu-Buddha, sistemnya berubah menjadi kerajaan dengan raja sebagai pemimpin. Raja Kudungga menganut sistem pemerintahan monarki, di mana otoritas tertinggi berada di tangan raja, dan suksesi raja dilakukan secara turun-temurun. Monarki adalah bentuk pemerintahan yang dipimpin oleh satu orang, seperti raja, ratu, kaisar, atau permaisuri, dan telah ada sejak peradaban manusia pertama kali terbentuk.

Kudungga kemudian mewariskan takhtanya kepada Aswawarman, Mulawarman, sampai 27 generasi Kerajaan Kutai. Pada masa pemerintahan raja Asmawarman wilayah kekuasaan kerajaan Kutai diperluas. Salah satu raja Kerajaan Kutai yang paling berpengaruh adalah Aswawarman, putra Kudungga yang menjadi raja kedua.

 

Aswawarman disebut sebagai Wangsakarta, yang berarti pendiri kerajaan dan pembentuk silsilah keluarga atau dinasti. Aswawarman memiliki tiga orang putra, salah satunya bernama Mulawarman, yang akhirnya menjadi raja ketiga sekaligus raja Kerajaan Kutai yang paling dikenal.

Nama-nama raja yang memerintah Kerajaan Kutai antara lain: 

1. Maharaja Kudungga

2. Maharaja Asmawarman

3. Maharaja Mulawarman

4. Maharaja Sri Aswawarman

5. Maharaja Marawijaya Warman

6. Maharaja Gajayana Warman

7. Maharaja Tungga Warman

8. Maharaja Jayanaga Warman

9. Maharaja Nalasinga Warman

10. Maharaja Gadingga Warman Dewa

11. Maharaja Indra Warman Dewa

12. Maharaja Sangga Warman Dewa

13. Maharaja Candrawarman

14. Maharaja Sri Langka Dewa

15. Maharaja Guna Parana Dewa

16. Maharaja Wijaya Warman

17. Maharaja Sri Aji Dewa

18. Maharaja Mulia Putera

19. Maharaja Nala Pandita

20. Maharaja Indra Paruta Dewa

21. Maharaja Dharma Setia

3. Kehidupan Sosial 

Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai ditandai dengan adanya golongan terdidik yang menguasai bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, seperti golongan brahmana dan ksatria. Ksatria terdiri dari kerabat Raja Mulawarman, dan golongan brahmana memiliki peran penting dalam upacara adat, menunjukkan intelektualitas tinggi pada masa itu.

Berikut beberapa aspek, antara lain:

1. Masyarakatnya mayoritas menganut agama Hindu yang berasal dari India. Hal ini turut memengaruhi kebudayaan masyarakat setempat.

2. Masyarakat Kutai yang terdidik mampu menguasai bahasa Sanskerta serta huruf Pallawa.

3. Kehidupan budayanya cukup berkembang, karena terdapat upacara Vratyastoma. Upacara tersebut diadakan di masa pemerintahan Raja Mulawarman. Adapun pemimpin upacara tersebut adalah seorang Brahmana asli Kutai.

4. Masyarakat Kutai memiliki kesadaran ilmu pengetahuan yang tinggi.

 

4. Kehidupan Ekonomi

Kehidupan ekonomi Kerajaan Kutai tidak lepas dari pengaruh Letaknya yang berada di tepi Sungai Mahakam di Kalimantan. Posisi ini memiliki dampak yang besar bagi masyarakat di Kerajaan Kutai yang umumnya bekerja di bidang pertanian. Selain bekerja di bidang pertanian, masyarakat di Kerajaan Kutai juga ramai melakukan perdagangan dan hasil pertanian yang melimpah. Mata pencaharian lainnya adalah beternak, terbukti dengan catatan di prasasti Yupa bahwa Raja Mulawarman pernah menyumbangkan 20.000 ekor lembu untuk kaum brahmana. Selain itu, Kutai juga terkenal dengan hasil hutan seperti getah kayu meranti, damar, gaharu, rotan, batu permata, dan bulu burung yang indah, yang diperdagangkan melalui Sungai Mahakam

5. Hubungan Dengan Bangsa/Negara Lain

Kerajaan Kutai menjalin hubungan dagang dengan bangsa-bangsa dari luar kerajaan, yaitu dengan Tiongkok dan India. Hubungan ini terjadi karena wilayah Kerajaan Kutai sangat strategis dan berada di jalur perdagangan yang menghubungkan Kerajaan Kutai dengan Selat Makassar, Filipina, sampai ke Tiongkok. Sehingga ketika melakukan pelayaran bangsa Tiongkok dan India singgah untuk berdagang di wilayah Kerajaan Kutai. Maka dari itu, kehidupan masyarakat Kutai semakin makmur karena ramainya aktivitas dagang.

6. Sejarah Masuknya Agama di Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai menganut agama Hindu. Sebelumnya, penduduk sekitarnya menganut sistem kepercayaan nenek moyang. Jadi agama Hindu masuk ke Kutai dibawa oleh para Brahmana. Pada masa itu, para Brahmana memiliki tujuan datang ke Indonesia untuk menyebarkan agama Hindu, meskipun hanya dapat dipelajari oleh kalangan atas saja. Kemudian para Brahmana yang menyebarkan agama Hindu ini diangkat menjadi penasihat raja oleh Kudungga, karena dianggap sakti. Bukti-bukti kehadiran kaum Brahmana di kerajaan Kutai seperti adanya prasasti yang hanya bisa ditulis Brahmana, upacara vaprakeswara yang hanya bisa dipimpin Brahmana, serta Hinduisasi yang hanya bisa dilakukan oleh Brahmana.

7. Kehidupan Budaya Kerajaan Kutai

Dalam kehidupan budaya Kerajaan Kutai, Budaya lainnya yang dianut yaitu, budaya Hindu yang pada saat itu menjadi agama di kerajaa Kutai. Dan adanya penyelenggaraan upacara Vratyastoma, Upacara ini dilaksankan pada masa Raja Mulawarman. Pemimpin upacara tersebut adalah seorang brahmana berasal dari Kutai. Upacara ini menandakan kesadaran masyarakat Kutai akan pentingnya ilmu pengetahuan. Tujuan ritual Vratyastoma di Waprakeswara untuk membersihkan diri agar dapat memasuki kasta Ksatria. Upacara ini juga menjadi salah satu bukti bahwa agama Hindu masuk di Kerajaan Kutai melalui para Brahmana.

8. Masa Kejayaan

Kerajaan Kutai mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Raja Mulawarman pada abad ke-4 Masehi. Stabilitas politik terjaga, dan Raja Mulawarman dikenal sebagai raja yang kuat, bijaksana, dan berpengaruh. Isi prasasti Yupa mencatat bahwa Mulawarman adalah raja yang kuat dan dermawan, terbukti dari kenduri besar yang diadakannya dengan emas sebagai persembahan.

9. Masa Runtuhnya

Namun, kejayaan Kutai tidak bertahan lama. Setelah wafatnya Raja Mulawarman, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran akibat serangan kekuatan asing dan perang saudara. Kerajaan Kutai akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh Kesultanan Kutai pada tahun 1635. Raja terakhir, Maharaja Dharma Setia, gugur di tangan Pangeran Sinum Panji Mendapa dari Kesultanan Kutai Kartanegara.

Penyebab runtuhnya Kerajaan Kutai adalah karena beberapa faktor, antara lain:

1. Informasi penting disajikan secara kronologis2. Kurang cakapnya raja yang memimpin.

3. Kondisi kerajaan di bidang politik, ekonomi, hingga sosial budaya menjadi tidak jelas.

4. Gugurnya raja terakhir Kerajaan Kutai, yaitu Maharaja Dharma Setia saat melawan Pangeran Sinum Panji Mendapa.

Pengaruh Kerajaan Kutai masih dapat dilihat hingga sekarang, terutama dalam bidang agama dan pendidikan. Dalam bidang agama, Kutai menjadi pusat perkembangan agama Hindu, dibuktikan oleh prasasti Yupa. Dalam bidang pendidikan, peran Kerajaan Kutai dalam perkembangan budaya dan perdagangan menjadi warisan yang mengingatkan akan pentingnya ilmu pengetahuan hingga saat ini.

10. Peninggalan Kerajaan Kutai

1. Prasasti Yupa

2. Kura-kura emas

3. Pedang sultan Kutai

4. Kering bukit kang

5. Kalung ciwa

Sumber: kompas.com, gramedia.com, detik.com, kumparan.com, intisari.grid.id,

Pemateri:

Rezfita Rahma Anindia (27)

Sybil Ramadhani Agna Alodia (32)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun